PEKANBARU (HALUANPOS.COM) – Penolakan terhadap rencana pelaksanaan Kongres Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) ke-34 di Pekanbaru semakin menguat. Setelah Hidayatullah, seorang alumni HMI MPO Cabang Pekanbaru, menyatakan keberatannya, kini giliran Akbar Taufik, kader aktif HMI, yang menyuarakan pandangan serupa. Akbar bahkan menyarankan agar kongres dipindahkan ke Yogyakarta atau Makassar, dua kota yang dinilainya lebih representatif.

“Saya sejalan dengan apa yang disampaikan Hidayatullah terkait penolakan terhadap kongres di Pekanbaru. Banyak hal yang belum siap di sini, baik dari segi internal maupun eksternal. Menggelar kongres di Pekanbaru hanya akan menambah kompleksitas masalah yang sedang dihadapi HMI Cabang Pekanbaru,” ungkap Akbar.
Salah satu sorotan utama Akbar adalah kurangnya transparansi terkait anggaran yang akan digunakan dalam kongres ini. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kemungkinan adanya campur tangan pihak eksternal yang dapat merusak independensi organisasi.
“Hingga kini, tidak ada kejelasan dari mana sumber dana kongres ini akan diperoleh. Kekhawatiran saya adalah jika ada pihak-pihak di luar HMI yang mencoba menyusupkan kepentingan mereka melalui kongres ini. Hal seperti ini sangat berbahaya karena dapat menggerus nilai-nilai independensi HMI yang telah kita jaga selama ini,” tegasnya.

MENARIK DIBACA:  Wakapolresta Pekanbaru Hadiri Kegiatan Harmoni Indonesia

Selain masalah anggaran, Akbar juga menyoroti kondisi internal HMI Cabang Pekanbaru yang dianggap belum siap untuk menjadi tuan rumah. Salah satu isu yang diangkat adalah putusnya hubungan silaturahmi antara kader dan alumni.
“Silaturahmi antara kader dan alumni di Pekanbaru sudah sangat minim, bahkan hampir tidak ada. Ini berbeda dengan kultur HMI di masa lalu, di mana kader selalu menjaga hubungan baik dengan para senior. Saat ini, hal itu seperti dilupakan, dan ini menjadi salah satu alasan mengapa Pekanbaru tidak layak menjadi lokasi kongres,” ujarnya.
Ia menambahkan, minimnya komunikasi dan kolaborasi antara kader dan alumni dapat menjadi hambatan besar dalam menyukseskan agenda sebesar kongres.

Sebagai solusi, Akbar menyarankan agar kongres dipindahkan ke Yogyakarta atau Makassar. Menurutnya, kedua kota tersebut lebih mencerminkan semangat HMI dan memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung pelaksanaan kongres.
“Yogyakarta adalah kota pendidikan dengan atmosfer intelektual yang sangat kuat. Ini adalah tempat yang ideal untuk melahirkan gagasan besar. Sementara itu, Makassar memiliki nilai historis yang sangat penting bagi HMI, sehingga dapat menjadi pengingat akan akar perjuangan kita sebagai organisasi,” jelas Akbar.

MENARIK DIBACA:  Reses H Wan Agusti di Kelurahan Limbungan Baru: Masyarakat Keluhkan Masalah Banjir, Kesehatan dan Modal Usaha

Akbar juga menyampaikan bahwa pandangannya mengenai transparansi dan pentingnya menjaga independensi organisasi sejalan dengan pernyataan Hidayatullah yang di muat di media nasional (wartaekonomi). Keduanya sepakat bahwa kongres harus menjadi momentum untuk memperkuat HMI, bukan justru membuka celah bagi masuknya pengaruh eksternal.
“Kami ingin kongres ini benar-benar menjadi ajang konsolidasi kader dan alumni, bukan ajang yang dimanfaatkan oleh pihak luar untuk kepentingan mereka. Dalam hal ini, saya sepemikiran dengan Hidayatullah bahwa transparansi dan independensi adalah dua hal yang tidak bisa ditawar,” imbuh Akbar.

Akbar berharap agar Pleno III yang akan berlangsung pada 24 Januari di Mataram mampu menghasilkan keputusan terbaik untuk organisasi. Ia menegaskan pentingnya mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak sebelum menentukan lokasi kongres.
“Pleno III harus menjadi forum musyawarah yang benar-benar merepresentasikan kepentingan kolektif organisasi. Keputusan yang diambil harus mencerminkan nilai-nilai keislaman, independensi, dan perjuangan HMI sebagai agen perubahan,” pungkasnya.

MENARIK DIBACA:  IZI Riau Berikan Bantuan Kepada Siswa Berprsetasi Terdampak Corona

Di tengah kritik yang ia sampaikan, Akbar tetap optimis bahwa HMI mampu memperbaiki diri dan kembali ke khittah perjuangannya. Ia berharap kongres ini, di mana pun dilaksanakan, dapat menjadi momentum bagi organisasi untuk memperkuat nilai-nilai perjuangan.
“Kongres ini harus menjadi momen refleksi dan evaluasi bagi kita semua. Saya yakin jika dilakukan dengan benar, ini dapat menjadi langkah awal menuju HMI yang lebih solid, independen, dan relevan dalam menghadapi tantangan zaman,” tutupnya.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari HMI Cabang Pekanbaru terkait kritik yang disampaikan oleh Akbar Taufik maupun Hidayatullah. Seluruh pihak kini menunggu hasil Pleno III yang akan menjadi momen penting bagi masa depan organisasi. (Rilis)

By admin