OGANKOMERINGILIR, (HALUANPOS.COM)- Belantara Foundation dan Conservation Allies menandatangani piagam kerja sama untuk konservasi gajah sumatra, khususnya untuk program Living in Harmony (Manusia-Gajah Liar Hidup Harmonis) di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten Ogan Komering ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Penandatanganan kerja sama ini disaksikan secara langsung oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan Republik Indonesia (Dirjen KSDAE Kemenhut RI), Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, M.Agr.Sc., dan Koordinator Regional Hutan dan Lahan Kering IUCN Asia, Satrio Wicaksono, Ph.D., di Asia Pavilion di sela-sela acara IUCN World Conservation Congress di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Sabtu, 11 Oktober 2025.

Kesepakatan kerja sama ini dicapai setelah Belantara Foundation, yang merupakan lembaga nirlaba anggota IUCN, dapat meyakinkan pihak Conservation Allies bahwa gajah sumatra, terutama kelompok yang hidup di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Sumatera Selatan, perlu mendapat perhatian khusus dalam upaya pelestariannya. Selain menjadi salah satu dari sedikit kelompok gajah di Pulau Sumatra yang memiliki potensi untuk bertahan hidup secara jangka panjang, kelompok gajah di lanskap ini juga menghadapi tantangan yang sangat besar untuk kelangsungan hidupnya, karena wilayah jelajahnya tumpang-tindih dengan kawasan industri berbasis lahan dan pemukiman masyarakat.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan bahwa kerja sama ini digagas untuk menguatkan upaya konservasi gajah sumatra melalui program Living in Harmony yang diinisiasi dan dijalankan Belantara Foundation sejak sekitar tiga tahun lalu. Tujuan dari program ini adalah mendorong terciptanya koeksistensi atau hidup berdampingan secara harmonis, antara masyarakat dengan gajah liar yang sama-sama hidup di ekosistem yang sama di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan.

MENARIK DIBACA:  Jasa Pembuatan Website Pekanbaru - RomIT

“Penandatanganan kesepakatan kerja sama ini merupakan bentuk komitmen serius Conservation Allies, sebuah lembaga nirlaba yang bermarkas di Washington DC, Amerika Serikat, untuk membantu Belantara Foundation melalui dana hibah serta penggalangan dana publik selama dua tahun di Amerika Serikat, dalam rangka membiayai sebagian program pelestarian gajah sumatra di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan”, kata Dolly.

Dolly menambahkan, Lanskap Sugihan-Simpang Heran di Sumatera Selatan yang dihuni oleh 100-120 individu gajah lair bukan hanya penting bagi konservasi gajah sumatra, tapi juga krusial dalam pembangunan ekonomi nasional, serta penting bagi penghidupan masyarat desa yang berada di dalamnya. Oleh karenanya, diperlukan satu pendekatan khusus yang inovatif untuk memastikan semua kepentingan terakomodasi.

“Berkaca pada kenyataan yang ada, diperlukan kolaborasi para pihak yang saling bersinergi dan saling mendukung, antara pihak pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, lembaga konservasi, masyarakat desa, serta media, agar hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dengan gajah sumatra yang kita impikan bersama dapat terwujud’, ujar Dolly. “Untuk mendukung upaya tersebut, sejauh ini upaya yang kami lakukan bersama para mitra berfokus pada beberapa aspek, antara lain peningkatan kapasitas bagi tim mitigasi konflik manusia-gajah, mendukung infrastruktur mitigasi konflik seperti menyediakan tower pemantauan, penyadartahuan dan edukasi bagi anak-anak usia dini, serta pengayaan pakan gajah dan menyediakan “artificial saltlicks” (tempat menggaram buatan) untuk memenuhi kebutuhan mineral yang menjadi nutrisi tambahan bagi gajah”, pungkas Dolly, yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

MENARIK DIBACA:  Implementasi Pemikiran John Dewey Dalam Program Sekolah Sesuai Aliran Pragmatisme

Pada waktu yang sama, President of Conservation Allies, Dr. Paul Salaman mengatakan bahwa program konservasi gajah sumatra yang dijalankan Belantara Foundation di Lanskap Sugihan-Simpang Heran merupakan program yang sangat dibutuhkan pada era sekarang ini, dimana koeksistensi antara manusia dengan satwa liar sudah menjadi keniscayaan. “Melalui kerja sama ini, kami berkomitmen kuat untuk membantu Belantara Foundation melalui hibah, penggalangan dana publik, serta peningkatan kapasitas yang dibutuhkan. Dana yang terkumpul akan dikelola secara transparan dan dialokasikan sepenuhnya untuk mendukung kegiatan di lapangan”, tegas Paul.

Lanjut Paul, pihaknya percaya bahwa kerja sama ini akan memberikan dampak positif dan berkelanjutan bagi pelestarian biodiversitas di Indonesia, khususnya bagi upaya konservasi gajah sumatra di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan. Kami mengajak masyarakat global untuk turut berpartisipasi dalam mendukung upaya ini dengan berdonasi melalui tautan https://conservationallies.org/appeals/achieve-coexistence-between-local-communities-and-wild-elephants/.

Di tempat yang sama, dalam merespon hal tersebut, Dirjen KSDAE Kemenhut RI, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, M.Agr.Sc., menyambut baik dan mengapresiasi upaya Belantara Foundation dan Conservation Allies yang bermitra untuk mendukung upaya konservasi gajah sumatra, khususnya untuk mewujudkan koeksistensi di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan.

Lebih lanjut, Prof. Satyawan menekankan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, gajah sumatra termasuk ke dalam satwa liar dilindungi. Juga, menurut the International Union for Conservation of Nature’s Red List of Threatened Species (IUCN), saat ini gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) berstatus Critically Endangered (kritis).

MENARIK DIBACA:  Esensi Hidup adalah Memanfaatkan Waktu

“Inisiatif ini sangat bagus dan kami berharap bahwa program ini dapat mendukung upaya pemerintah dalam meminimalkan interaksi negatif manusia-gajah, dan dapat mengubahnya menjadi sebuah koeksistemsi yang harmonis antara masyarakat dengan gajah sumatra di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan”, pungkas Prof. Satyawan.

Sebagai tambahan informasi, Belantara Foundation menghadiri IUCN World Conservation Congress 2025 di Abu Dhabi ADNEC Centre yang diselenggarakan pada 9 Oktober 2025 hingga 15 Oktober 2025. Tujuan utama Belantara berpartisipasi pada kongres ini adalah untuk mempromosikan kepada jaringan global tentang upaya yang telah dilakukan terkait pemulihan dan perlindungan hutan terdegrasi di Provinsi Riau serta upaya konservasi biodiversitas terutama gajah sumatra di Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan lainnya adalah mengajak mitra-mitra global untuk turut mendukung dan berkontribusi dalam upaya pelestarian biodiversitas di Indonesia khususnya di Pulau Sumatera.

IUCN World Conservation Congress merupakan perhelatan akbar yang digelar setiap empat tahun yang menjadi ajang bagi komunitas global untuk bersatu, menetapkan prioritas, dan mendorong aksi nyata bagi konservasi alam serta pembangunan berkelanjutan. Kongres ini juga menjadi forum terbesar bagi ilmu pengetahuan, praktik, dan kebijakan konservasi. Para ilmuwan, pakar kebijakan, pelaku usaha dan professional dari berbagai negara berbagi pengalaman, inovasi, serta riset mereka. IUCN WCC 2025 ini, dihadiri oleh lebih dari 10.000 peserta termasuk delegasi dari sekitar 160 negara.(man/rls)

By admin