Pekanbaru(Haluanpos.com)—Pejabat Walikota bahkan Walikota definitif Pekanbaru, selayaknya orang yang memiliki wawasan kebudayaan karena selain melanjutkan pembangunan, juga menjawab visi maupun misi Riau, bahkan kecenderungan dunia. Jika tidak, kota ini akan terus berkembang sebagai kota tanpa sentuhan dan pesan sosial budaya yang menjadi perekat kuat kemanusiaan sampai kapan pun.
Hal itu dikatakan budayawan Taufik Ikram Jamil, dalam kesempatan diskusi Pekanbaru Kini dan Masa Depan yang dilaksanakan di Mabest Kopi, Pekanbaru Senin (28/2). Tampil sebagai narasunber adalah Walikota Pekanbaru Firdaus, akademisi dari Universitas Abdurrab Andre Armalis, dan Ketua Umjm DPH LAM Kota Pekanbaru Rizaldy.
Sebelum diskusi dilaksanakan peluncuran buku biografi Syamsurizal yang ditulis Edy M. Yatim bertajuk Syamsurizal: Mutiara dari Pesisir. Selain itu diluncurkan pula mingguan Tribun Riau.
Taufik mendasari pandangannya bahwa Pekanbaru memang menjadi megapolitan. Berbgai usaha pembangujnan telah dilakukan. Memilik berbagai kelemahan dan kelebihan, bagaimanapun harus disadari bahwa akhir-akhir ini, Walikota Pekanbaru, gencar membangun sosok kebudayaan. Telah dirancang Monumen Nasional dan Museum Bahasa disampng peraturan Pendidikan Budaya Melayu Riau sejak tahun 2020.
Taufik mengatakan, Monumen bahasa dan museum bahasa itu sendiri belum ada, tidak saja di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Sedangkan bahasa yang menjadi bahasa pemersatu dan bahasa nasional di sejumlah negara adalah bahasa Melayu yang berpusat di Riau yang kini dipakai sekitar 300 juta manusia. “Dalan bahasa ini kita menemukan berbagai aspek kehidupan, cukuplah mengatakan bahwa bahasa menunjukkan bangsa,” kata Taufik.
Bahasa sebagai media komunikasi dalam fungsi tiang punggung kebudayaan, menjadi cita-cita Riau dalam visi maupuun misi yang diperpanjang 2025. Hal ini sejalan juga dalam kecenderungan dunia yang meletakkan tradisi dan agama sebagai pemertabatan manusia.
Menurut Taufik, pembangunan yang dibalut langkah-langkah kebudayaan yang telah dibuat oleh Firdaus itu, tentu harus dilanjutkan. “Itu tak mungkin bisa dlanjutkan oleh orang yang tidak memiliki wawasan kebudayaan,” kata Taufik.(Rls/YS)