Cerpen

0
2685
Hijrah cinta

Menuntun Hijrah Cinta

Hijrah cinta
Hijrah cinta

            Semua orang pasti pernah merasakan cinta. Entah mengapa kata ‘cinta’ tak bisa enyah dari pikiran setiap orang. Kata yang mulai menguras tenaga untuk meraihnya. Apalagi untuk gadis kelas satu SMP. sepertiku. Yang kerjanya hanya bermain cinta, entah cinta yang seperti apa yang kujalani hingga berbulan-bulan. Sebenarnya, posisiku itu belum kenal cinta dan media sosial. Tapi, karena pria mungil yang kujuluki pangeran tampan (maaf) akhirnya ia memperkenalkanku dunia baru. Dunia fana yang tak lepas dari zina.

Pria itu menjulukiku “tuan putri”. Mungkin terinspirasi dari peran putri galau atau peranku saat bermain drama perpisahan. Setiap minggu kami bertemu, beradu pandang, di lingkungan sekolah atas nama latihan drama. (Astaghfirullah al‘adzim).

Berbulan-bulan ku pikir akan baik-baik saja. Hingga tiba kata yang tak kuharapkan terucap sia-sia “putus”. Ini terjadi saat ibuku tau statusku yang “berpacaran”. Perasaanku saat itu, dunia bergetar kencang seperti mau copot dari porosnya. Dan setelah yang ku alami ini, tetap belum membuatku jera. Aku terus mencari sosok yang akan menjadi pelengkap nafsuku. Aku juluki saja “jatuh cinta untuk yang kedua kalinya.”

Teman-temanku membantu dengan susah payah. Asam manis perjalanan persahabatan yang kujalani. Ada yang jadi biang nikung, ada yang jadi mak comblang, ada juga yang pernah memusuhiku. Hampir aku rasakan tajamnya bangku SMP. hingga beberapakali kerjaku hanya mencari gebetan. Rasanya hatiku retak-retak. Mantanku saja sudah duakali menjalani fase pacaran dengan wanita lain. Aku masih betah saja menganyam status  “jomblo” begitu pikirku masa itu.

Lelah mengejar seakan mengayuh sepeda sambil direm, sekuat tenagapun tak akan sampai. Diriku yang buta ini tetap saja menggaruk-garuk tanah cinta yang fana. Mengais luka yang membekas dua tahun lalu. Aku lelah sungguh saat seharusnya diusia begini aku fokus saja terhadap pendidikan saat waktupun mulai berkata “berhenti. Waktunya belajar sebentar lagi UN.”

Memang belum kusadari saat belajar adalah waktu terindah. Aku mulai lupa luka yang teramat dalam itu. Aku merasa nyaman saat aku belajar. Mengkaji ilmu akademik terutama yang di-UN.kan saat itu, matematika, ipa., bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Walau sudah merasa nyaman tampaknya aku belum menyadari hal kecil yang tak pantas ku jejaki. Aku masih terpaku pada insan yang dijuluki pria. Itu kulakukan hanya sekadar memuaskan hasrat. Hasrat memiliki jiwa agar bisa “jatuh cinta untuk kedua kali.”

Singkat cerita, masa-masa yang semakin dekat dengan yang namanya ujian nasional adalah belajar sampai siang, les dan sebagainya. Sebagai manusia lemah daya tahan tubuhku menurun sampai badanku rasanya remuk. Kelelahan istilahnya, akhirnya aku istirahat di ruang uks. ruang yang isinya kasur, sebuah meja dan kursi lengkap dengan kotak p3k. dan obat-obatan.

Setelah lama aku istirahat, guru-guru rasanya bergantian masuk. Yang aku tau, guru mengangap aku sebagai murid teladan yang baik. Aku memang dikenal baik di sekolah dan memang termasuk tiga besar dikelas. Saat itu, satu per satu guru memberiku support. Guru yang paling aku kenang saat itu sebut saja mawar identitasnya rahasia, dia adalah seorang guru yang bijaksana dengan tubuh yang menurutku mungil, dia mengajar pelajaran penting di kelasku yaitu pelajaran PKN. Beliau bertanya keadaanku dan memberiku motivasi luar biasa yang jarang kunikmati.

Saat jam istirahat, teman-teman menemaniku. Aneh rasanya karena aku jarang sakit sampai ada yang bilang aku hanya berpura-pura agar tak masuk pelajaran. Aku sontak kaget, yang ia katakan membuatku bertanya kenapa. Apalagi salahku pada duo tengil ini, dua makhluk yang duduk di belakangku yang kerjanya hanya mengganggu.

Tinggalku sendiri diruang uks. itu, rasanya aku ingin segera enyah dari ruang hampa ini (lupakan pelajaran ipa untuk saat ini 😀 itu julukan untuk ruang uks.) tiba-tiba salahsatu dari manusia yang ku sebut duo tengil itu masuk dan menatapku. Hah, aku memang anti ditatap apalagi dipegang laki-laki. “hei, tatap mata itu zina.” Kurasa dia sadar. Tapi, dia mengarang cerita ke teman-teman dan kurasa tatapan itu juga sengaja ia lakukan agar aku linglung.

Kerjaku memang mencari gebetan. Tapi, hidupku tak lepas dari agama. Yang aku tau, ayahku seorang muallaf tetapi tak lepas dari itu ada karekter ibuku dibaliknya. Ayah yang akrab aku sapa “papa” atau kadang “bapak” saat aku kecil sudah menjagaku di rumah alias seorang pensiunan. Ibu yang akrab aku sapa “mama” sayup-sayup aku sapa “emak” memang orang yang tegas dan tak heran hidupku menjadi lengkap karena kerja kerasnya.

Lanjut ke pokok bahasan cinta. Aku tau, pandangan mata apalagi pegangan tangan itu zina dan haram dilanggar. Kepegang sedikit saja aku seolah kesentrum listrik. Teringat saat di pintu kelas, tiba-tiba sajau tanganku tak sengaja tersentuh tangan temanku yang identitasnya seorang pria, zzeett. Rasanya seperti disengat lebah “kenapa cha? Baru tesentuh dah macam kesentrum.” Begitu kata temanku. Astaghfirullah al’adzim. Dari situ, aku mulai sadar ternyata aku seperti apa. Mungkin dengan begini aku bisa mengasah kemampuanku dalam ilmu agama.

Tibalah ujian-ujian yang menumpuk diadakan sambil persiapan ujian nasional. Hasilnya bagaimana ya. Ehem, tenyata nilai ku sangat memuaskan. Rata-rata tinggi, hanya pelajaran bahasa Indonesia yang lumayan minim. Masih sekitar delapanpuluh. Pejam celik kata orang melayu, alih-alih UN.pun tiba.

Alhamdulillah, aku lulus UN. dengan nilai yang memuaskan. Syukur tak lupa ku hanturkan kepada Allah subhanawata’ala. Padahal, shalat dhuha hanya sesekali kulaksanakan.. Akan tetapi, hasilnya luar biasa. Aku dianjurkan ke sekolah agreditasi A. awalnya, sedih saat harus berpisah dengan teman-teman. Nano-nano istilah kerennya. Saat itupun aku bahagia mimpiku dari kecil akan nyata.

Kembali ke pasal cinta, aku berpikir di sekolah gaul itu aku akan terpengaruh pergaulannya dan menjajaki masa pacaran lagi. Tapi, aku bertekad sekuat tenaga untuk melupakan fananya dunia pacaran. Hubungan tanpa sebab, yang akibatnya seperti lintah dan parasit.

Aku berfikir, di sekolah yang muridnya rata-rata pintar. Diriku ini akan kesulitan menghadapi mereka. Karena itu, aku ikhlas saja dan ku katakan itu ke mama. Diluar dugaan, mama juga ikhlas. Memelas wajahku saat masuk ke ruang baru dalam imajinasipun tak terbayang.

Saat itu, perasaanku berkecamuk karena ku dapati teman-teman baru yang terkesan sombong karena hanya akrab dengan teman lama. “Tenang cha, ini masih awal.” Ucapku sendiri sambil melihat sekeliling. Astaghfirullah, anak itu mau masuk ke sekolah ini juga. Orang yang dulu menghancurkan mimpi indah ku menjomblo sebelum akad. Dia ada di sana, bagaimana aku bisa melupakannya. Mimpi apalagi ini, cukup sudah mimpi untuk kembali aku muak aku hanya berharap tak bertemu dia lagi.

Setiap tes ku jalani, hari pertama agendanya tes akademik dan hari kedua agenda tes mengaji dan ilmu agama. Di hari kedua, saat aku bertemu sosok yang tak kukira hadirnya di SMA. anak gaul ini. Seseorang yang berpakaian nuansa islam yang menggugah hingga berdecak kagumku, dengan tatapan halusnya itu. Kata orang dia anak Rohis. yang dulunya nakal dan suka cabut. Ah, rasanya tak percaya, masa bisa jadi begini sekarang? Dan apa itu Rohis.?

Mungkin sangking sayang Allah kepadaku, setiap do’a ku yang tergesa-gesa itu. Selalu ada yang terkabulkan dengan cara yang indah. Pria berkabut itu, ternyata dia dinyatakan tidak lulus masuk SMA N 1 Tebingtinggi. Memang ada rasa syukur tapi tetap ada rasa bersalah. Mungkin ini yang terbaik, keadaanku semakin diluar dugaan tepatnya aku terpilih masuk kelas unggulan hingga masa tes iq terlaksana.

Masa orientasi sekolah tiba, silih berganti kakak kelas memperkenalkan diri. Dari beragam organisasi, masih tak percaya ternyata kakak Rohis itu juga ada. Kebetulan gilirannya di kelasku. Begitu banyak motivasinya. Dihari pertama ia menjelaskan betapa indah masa SMA. Masa ia bertranformasi mencari jatidiri, ia menceritakan kisahnya dulu yang suka cabut hingga cerita pertamakali ia masuk Rohis. oh, ternyata benar kabar angin itu.

Masih pikir panjang, ingin rasanya kucoba tapi bingung detak jantung ini menggalau bagaimana dengan pengajian malamnya bukankah mama melarangku keluar malam. Masih diiming-imingi keinginan berhijrah katanya. Dengan modal surah Muhammad ayat 7. “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu monolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Siapa makhluk yang tak mau dibantu Allah? Baiklah, akan aku coba, Bismillah.

Dari organisasi Rohis. ini ku memulai banyak hal. Tak kusangka, mama membolehkanku pengajian malam, walau sesekali. Ini memang luar biasa, walau banyak peraturan yang harus kutepati tak sedikitpun menyorotkan langkahku. Pelan-pelanku berhijrah, ku jumpai teman-teman baru baik yang akhwat maupun ikhwan dan mengenal jalinan ukhuwah islamiyah.

Pelan tapi pasti jejak langkah hijrahku, tak kusangka aku menjadi pemilik iq. tertinggi dari teman-teman yang masuk SMAN 1 Tebingtinggi saat itu, masuk kelas unggulan dan bertemu teman yang beragam. Entah sampai tahap mana Allah sayang kepadaku. Walau masih ada teman yang serupa dengan teman SMP. ku dulu, akan aku usahakan tetap istiqamah menghargai hidayah-Nya.

Mulai ku kepakkan sayap hijrah. Aku mulai mengenakan hijab syar’i yang aku usahakan InsyaAllah istiqamah. Begitu banyak mendali kehidupan yang ku dapatkan. Mulai dari mendapat rangking satu di kelas unggulan. Apalagi, sekolah yang kududuki ini bermodal agreditasi A. walau kadang, banyak rintangan juga. Aku putuskan juga untuk rutin shalat dhuha, dan ikut mentoring di sekolah. Dari situ aku mulai mendapat motivasi, kasih sayang kakak-kakak pementor dan teman-teman dalam jalinan ukhuwah islamiyah.

Dari sekian besar ceritaku, itu adalah tahap manis menggapai cintaku “Jatuh Cinta Untuk yang Kedua Kali.” Mungkin akan lebih manis lagi jika kita membahas hasilnya, untuk saat ini kuharapkan istiqamah sebagai buah cinta yang diberikan Allah azza wajalla. Apalagi aku seorang akhwat yang tugasku saat ini menanti kedatangannya. Kedatangan sosok tulang punggung yang menyempurnakan agamaku. InsyaALLAH ku usahakan berbeda dari biasanya. Ku ucapkan dengan lantang status baruku “Singlellillah.” Karena aku telah mendapatkan keinginanku, jatuh cinta untuk yang kedua kalinya yang pasti kali ini suci dan istimewa.

Do’a kan saja manusia tanpa batas hina ini untuk selalu isitqamah dan terus belajar sambil menganyam pendidikan. Do’a kan saja sosok kalut yang pendiam seribu bahasa ini bisa lebih berani berpendapat saat saling mengingatkan saudaranya. Do’a kan saja akhwat biasa yang pernah termakan lumpur ini dapat menguapkan pelajaran dari muntahan dan lumpur keras yang datangnya dari limbah itu agar belajar dan berjanji tidak melakukannya lagi. InsyaAllah do’a anak shaleh dan shalehah akan terkabul.

Karya : Salsabila Kobis, Anggota Komunitas Pena Kelana Indonesia.

” Mari Berkarya Bersama Komunitas Pena Kelana Indonesia “

Tentang Penulis :

Nama lengkap                                       :SALSABILLA KOBIS (Acha)

Akun sosmed (Instagram & facebook)    : salsabilla_kobis & Salsabilla Kobis

Email                                                     : salsabillakobis@gmail.com

Alamat lengkap                                      :Jl.Bambu Alahair Timur Selatpanjang-Kab. Kep.    Meranti-Riau

No. HP.                                                   :085376984816

 

Tips, Move-on. Sekadar nya saja nih. Namanya juga berbagi. Apa aja ya:

  1. Berhenti berpikir bahwa dia bahagia saat berpisah denganmu. Tapi, lakukan sebaliknya. Pikirlah dirimu amat bahagia telah mengambil langkah “udah putusin aja.”
  2. Saat kamu putus, artinya kamu juga putus mikirin dia. Udah, berhenti aja mikiran dia. Dia aja belum tentu mikirin kamu. Masa anak orang di ajak maksiat, itu namanya mikirin atau tidak?
  3. Sibukkan diri dengan kegitan postif yang baru, tergantung hobby kamu juga ya. Dan boleh juga masuk organisasi seperti ceritaku. (masuk Rohis.)
  4. Jadilah singlelillah. Single karena Allah, pastikan jodoh nggak akan tertukar.

 

Harapannya, kita bisa istiqamah menuntun hijrah kita, terutama yang berkaitan dengan cinta. Untuk itu, saya minta maaf untuk judulnya yang tak nyambung dengan isinya karena saya tak sempat berpikir. Hanya kuat mengetik ini selama sehari. Mohon maaf atas segala-galanya. Kesempurnaan hanya milik Allah subhanawata’ala dan kesalahan datang dari saya pribadi. Jazakumullah khairan katsiran. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

BAGIKAN
Berita sebelumyaPuisi
Berita berikutnyaPuisi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here