PEKANBARU (HPC)-Aktivis Hima dan Himi Persis Pekanbaru menggelar aksi bersama massa Cipayung Pekanbaru di depan kantor gubernur dengan tuntutan agar Gubernur Riau mengevaluasi kinerja Satgas Karhutla Riau. Karena di anggap lamban dan tidak gagal atasi karhutla.
Kebakaran hutan khususnya di Riau sudah masuk pada tahap berbahaya. Lebih dari 6.000 hektare terbakar di tahun ini dan masih terus berlanjut sampai sekarang. Sedangkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ada kurang lebih 30.000 hektare yang terbakar.
Hari ini menurut data BMKG bahwa tercatat ada 334 hotspot di wilayah Propinsi Riau. Daerah paling banyak ada di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) 97 titik, Pelalawan sebanyak 93 titik. Lalu di Indragiri Hulu (Inhu) 52 titik, Indragiri Hilir (Inhil) 46 titik, Kampar 18 titik, Kota Dumai 14 titik, Bengkalis 10 titik, Kuansing 3 titik, dan Rokan Hulu ada satu hotspot.
Dampak dari kebakaran hutan di Riau juga tak main-main. Sampai saat ini diketahui lebih dari 30.000 warga Riau yang terkena ISPA. Ribuan sekolah pun telah diliburkan sepekan terakhir.
Menanggapi hal tersebut, Hima-Himi Persis Pekanbaru meminta Satgas Karhutla Riau agar dievaluasi kinerjanya.
“Saya meminta kepada Gubernur Riau untuk mengevaluasi kinerja satgas, karena tidak bisa menyelesaikan masalah. Satu bulan menghirup asap itu sangat diluar normal.” Tutur Azizah saat Orasi.
Hima-Himi Persis Pekanbaru menduga Pemda tidak serius dalam menyelesaikan masalah karhutlah ini. Hanya bermain retorika saja, dan tidak sepenuhnya menyelesaikan dengan konkrit.
Pemerintah jangan hanya beretorika dong, selesaikan ini dengan konkrit. Korporasi-Koorporasi yang terbukti bersalah tangkap. Kenapa ini bisa terjadi pemerintah adalah jawabannya, dan tentu punya solusi yang kongkrit. Ujar Firdaus Saat orasi.
Hamzah, ketua Umum Hima Persis Pekanbaru berharap akan ada ruang diskusi organisasi mahasiswa dengan satgas, untuk berbagi masalah dan solusi.
“Saya berharap pemda adakan ruang diskusi dengan organisasi mahasiswa, agar bisa saling bantu dalam solusi dan memecahkan masalah ini dengan konkrit.” Ujar Hamzah. (rls)