Gelar Genduri Syawalan Menyambut Bulan Syawal Didesa Belading, Sabak Auh, Siak Tidak hanya didaerah Jawa

0
385

SABAK AUH (HALUANPOS.COM)-Setelah seminggu merayakan Idul Fitri bersilaturahmi dengan tetangga, keluarga, dan kerabat, masyarakat kampung Belading kembali menyelenggarakan tradisi yang biasanya telah dilakukan saat memasuki bulan syawal atau biasa disebut dengan Genduri Syawalan (Ambengan).

Syawalan sendiri merupakan tradisi pada masyarakat Jawa yang dilaksanakan tepat saat memasuki bulan syawal sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta. Sedangkan didaerah Siak sendiri mayoritas masyarakatnya adalah melayu dan mereka tidak mengadakan acara syawalan. Seiring berjalannya waktu banyak pendatang dari Jawa dan bermukim didaerah Siak, tentunya mereka membawa pengaruh besar dilingkungan sekitarnya, seperti mengadakan peringatan syawalan ini.
Di kampung Belading misalnya, kini mayoritas masyarakatnya bukan melayu lagi tetapi sudah berubah menjadi mayoritas orang jawa. Meskipun demikian tidak membuat perpecahan di kota ini, malah semakin memperkuat keberagaman yang ada dan semakin membuat Siak terkenal dengan keberagaman tradisi adat istiadat dan budayanya.

MENARIK DIBACA:  Rekomendasi Running Shoes Terbaik di Indonesia Saat ini

“Kalau di Jawa disebut dengan Syawalan, atau di kampar disebut dengan hari raya enam, berbeda halnya di kampung Belading. Tradisi ini disebut dengan Genduri Ambengan”. Ujar kepala Desa Belading.

Genduri Ambengan dilakukan pada malam ke-enam dari lebaran pertama. Genduri ini dilaksanakan pada malam hari di masjid dan hanya dihadiri oleh para kaum laki-laki mulai dari anak-anak, pemuda, sampai bapak-bapak dengan membawa Ambeng.

Ambeng merupakan nasi putih yang diletakkan didalam sebuah wadah dan sudah digabungkan dengan lauk pauknya. Biasanya setiap bapak-bapak membawa satu ambeng dari rumah dan dimakan bersama setelah genduri.

“Tradisi ini sudah berlangsung lama sejak tahun 2000-an dan rutin dilaksanakan setiap tahunnya untuk memperkuat silaturahmi sekaligus rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh sang pencipta”. Ucap imam Masjid Darul Huda Desa Belading.

MENARIK DIBACA:  Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Bisnis pada MAS.Clothing Pku

Jika di daerah lain menggunakan ketupat sebagai simbol atau memang harus memakai ketupat, berbeda dengan di Desa Belading yang hanya menggunakan nasi putih dan lauk ditempatkan dalam suatu wadah yang dibungkus dengan sapu tangan.

Menurut saya, sedikit informasi yang membedakan tentang Genduri Ambengan di Desa Belading dengan di daerah Jawa, yaitu Genduri Ambengan dilaksanakan tanpa adanya panitia dan dilaksanakan sesuai dengan keputusan imam masjid yang disepakati secara bersama-sama. Hanya saja genduri ini di lakukan khusus untuk laki-laki dan di laksanakan di masjid pada malam hari.

Tentang
Genduri Ambengan atau syawalan merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan setiap tahunnya dalam rangka menyambut bulan syawal pada malam lebaran ke-enam. Kegiatan ini di lakukan oleh para kaum lelaki pada malam hari dengan membawa ambeng masing-masing dari rumah. (Rilis)

MENARIK DIBACA:  Mengisi Perut dengan Manisnya: Manfaat Berbuka Puasa dengan Kurma