Oleh : Andrieka
ARTIKEL (HALUANPOS.COM)-Bahasa Indonesia yang kita gunakan hari ini bukanlah bahasa yang muncul secara tiba-tiba. Ia lahir dari proses panjang sejarah kebahasaan di Nusantara, dan salah satu akar terpentingnya adalah bahasa Melayu sebuah bahasa yang sudah menjadi lingua franca sejak ratusan tahun lalu. Tak hanya itu, tulisan Jawi, yakni aksara Arab yang disesuaikan untuk menuliskan bahasa Melayu, juga memiliki peran penting dalam sejarah literasi bangsa ini.
Bahasa Melayu: Fondasi Bahasa Indonesia
Bahasa Melayu telah digunakan secara luas sejak abad ke-7 M, bahkan tercatat dalam Prasasti Kedukan Bukit di Sumatera Selatan. Penyebaran bahasa ini makin meluas karena fungsinya sebagai bahasa perdagangan, dakwah Islam, dan komunikasi antarsuku di kepulauan Nusantara. Dalam bukunya Sejarah Bahasa Melayu (1988), Harun Aminurrashid menyebutkan bahwa bahasa Melayu memiliki struktur yang sederhana, fleksibel, dan mudah dipelajari itulah sebabnya bahasa ini cepat diterima di berbagai lapisan masyarakat.
Saat para tokoh pemuda mengikrarkan Sumpah Pemuda tahun 1928, mereka memilih bahasa Melayu sebagai dasar bahasa persatuan yang kemudian dinamai bahasa Indonesia. Keputusan ini tidak lepas dari kenyataan bahwa bahasa Melayu sudah akrab dan dipahami di seluruh wilayah Hindia Belanda.
Tulisan Jawi: Wajah Tertulis Peradaban Melayu
Sebelum huruf Latin digunakan secara luas, bahasa Melayu ditulis menggunakan aksara Jawi. Tulisan ini berbasis huruf Arab, dengan penambahan karakter khusus untuk menyesuaikan dengan bunyi-bunyi lokal dalam bahasa Melayu. Tulisan Jawi menjadi sarana penting dalam penyebaran agama Islam, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan Melayu.
Menurut Asmah Haji Omar dalam The Malay Civilization (2000), tulisan Jawi adalah media utama literasi di dunia Melayu sebelum masa kolonial. Kitab-kitab keagamaan, hikayat, undang-undang kerajaan, dan surat menyurat resmi ditulis dalam Jawi. Bahkan, beberapa kerajaan seperti Aceh, Riau, dan Johor memiliki tradisi tulis yang kuat dengan aksara ini.
Dari Jawi ke Latin: Perubahan dalam Sistem Tulis
Masuknya pengaruh Barat ke Nusantara, terutama melalui kolonial Belanda, membawa perubahan besar dalam sistem tulis. Huruf Latin mulai diperkenalkan dalam pendidikan formal, administrasi pemerintahan, dan media cetak. Sistem ejaan Van Ophuijsen (1901) menjadi tonggak awal penggunaan huruf Latin untuk bahasa Melayu, yang kelak menjadi bahasa Indonesia.
Mahsun dalam Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi (2012) menjelaskan bahwa penggunaan huruf Latin dianggap lebih praktis dan efisien dalam dunia modern. Lambat laun, aksara Jawi tergeser oleh huruf Latin, meski jejaknya tetap tersimpan dalam naskah-naskah lama dan tradisi pesantren.
Warisan yang Perlu Dikenang
Saat ini, tulisan Jawi nyaris tak digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, kecuali dalam lingkup terbatas seperti di Aceh, Riau, dan sebagian pesantren. Namun, penting untuk disadari bahwa tanpa bahasa Melayu dan tulisan Jawi, bahasa Indonesia tidak akan memiliki pijakan sejarah yang kuat.
Sebagaimana dikatakan A. Teeuw dalam Indonesia Antara Kelisanan dan Keberaksaraan (1994), pemahaman terhadap akar sejarah bahasa dapat memperkaya wawasan dan identitas nasional. Tulisan Jawi bukan sekadar huruf lama—ia adalah bagian dari sejarah peradaban bangsa.***
Penulis : Andrieka (202401037)
Mahasiswa ISNJ Bengkalis, Jurusan Akuntasi Syariah