PELALAWAN (HALUANPOS.COM)– Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Ukui menyelenggarakan Seminar Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran Muatan Lokal Budaya Melayu Riau (BMR) bagi guru-guru SD/MI se-Kecamatan Ukui pada Selasa (29/4). Kegiatan yang berlangsung dengan antusias ini diikuti oleh sekitar 100 peserta, terdiri atas guru mata pelajaran BMR, wali kelas, dan kepala sekolah dari berbagai satuan pendidikan di wilayah tersebut.
Seminar ini dibuka secara resmi oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pelalawan, Leo Nardo, SPd yang dalam sambutannya menekankan pentingnya pendidikan berbasis budaya lokal sebagai pondasi dalam membentuk karakter generasi muda di era globalisasi.
“Muatan Lokal Budaya Melayu Riau (BMR) saat ini telah menjadi mata pelajaran wajib yang diterapkan di seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah di Provinsi Riau, termasuk Kabupaten Pelalawan. Ini bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari upaya strategis menjaga jati diri bangsa,” tegas Leo Nardo.
Ia menyampaikan bahwa penerapan BMR telah memiliki dasar hukum yang kuat, di antaranya Peraturan Daerah Provinsi Riau, Peraturan Gubernur, hingga Peraturan Bupati Pelalawan, yang semuanya mengukuhkan posisi BMR sebagai bagian penting dari Kurikulum Merdeka.
Leo juga mengingatkan para peserta agar tidak hanya hadir secara fisik dalam kegiatan ini, melainkan benar-benar menyerap materi yang disampaikan para narasumber.
“Belajarlah budaya Melayu secara mendalam. Gali nilai-nilai luhurnya, wariskan kepada anak-anak didik kita. Jangan hanya menjadi penonton di kelas,” pesannya.
Dalam kesempatan tersebut, Leo turut mengingatkan para guru untuk tetap menjunjung tinggi nilai kasih sayang dan keadilan sosial dalam mendidik siswa.
“Didiklah anak-anak dengan penuh cinta. Jangan membedakan perlakuan antara yang kaya dan miskin. Tugas guru adalah membentuk karakter, bukan menilai status sosial,” tegasnya.
Menanggapi tren media sosial di kalangan pendidik, Leo juga memberikan imbauan bijak.
“Silakan menggunakan TikTok atau media sosial lainnya, tapi jangan dilakukan saat mengajar atau sedang dalam jam kerja. Kita harus menjadi teladan, bukan pengikut arus,” tambahnya.
Seminar ini ditaja oleh Toko Buku Mandiri dan menghadirkan dua narasumber utama yang ahli di bidangnya. Narasumber pertama, Jefri Al Malay, Dekan I Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, menyampaikan materi mengenai landasan hukum penerapan BMR di Provinsi Riau. Ia menegaskan bahwa budaya adalah benteng terakhir jati diri bangsa, dan pendidikan merupakan saluran utama untuk menjaga keberlanjutannya.
Narasumber kedua, Derichard H. Putra, yang juga penulis buku Muatan Lokal Budaya Melayu Riau untuk jenjang SD hingga SMA/SMK/MA, menyampaikan materi strategi penyusunan pembelajaran BMR yang kontekstual dan relevan dengan lingkungan serta kehidupan siswa. Ia juga mengajak guru untuk lebih kreatif dalam mengemas pembelajaran budaya agar tidak membosankan dan mampu menyentuh hati siswa.
Sementara itu, Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum strategis bagi para pendidik di Kecamatan Ukui dalam memperkuat implementasi Kurikulum Merdeka berbasis budaya. Melalui pendekatan ini, pembelajaran diharapkan tidak hanya mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga memperkokoh akar budaya lokal yang menjadi identitas masyarakat Riau, khususnya di Pelalawan. (RLS/WAN)