
PEKANBARU (HPC)– Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak (LPPA) Riau bakal mengusulkan ke pemerintah melalu Dinas Sosial (Dinsos) untuk menutup panti asuhan yang tidak layak pakai.
Menyusul adanya salah satu panti asuhan di Kota Pekanbaru, Panti Asuhan Yayasan Tunas Bangsa, di Jalan Bukit Rayahu, Tenayan Raya, yang ditemukan kumuh. Bahkan panti asuhan ini diduga melakukan tindak pidana penganiayaan, yang menyebabkan salah satu balita 18 bulan bernama Zikli meninggal dunia.
Ketua LPPA Riau, Ester Yuliani menyebut ada tiga panti asuhan di Kota Pekanbaru yang sudah tidak layak huni. Namun dia belum menyebutkan nama panti dua diantaranya yang sangat layak untuk ditutup.
” Saya belum bisa sebutkan yang dua panti itu. Kami pastikan dulu kelayakannya. Kami kan diam-diam menelusurinya panti tidak layak huni ini,” kata Ester kepada sejumlah media, Jumat (27/1/2017)
Dari ketiga panti yang diduga tidak layak itu, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Dinsos Provinsi Riau untuk ditutup. Sebab menurutnya, panti yang tidak layak dihuni sebaiknya ditutup saja dan pindahkan ke panti yang layak seperti ke Dinsos.
” Kalau tidak layak harus ditutup. Karena kalau kumuh dan kotor tentu tidak menyehatkan bagi anak-anak panti,” ujarnya.
Ester mengatakan, pengelolaan panti asuhan harus ada standar pengelolaan dan memiliki sertifikat dari Dinsos. Sedangkan kalau untuk yayasan, selain sertifiksi, notaris dan juga memiliki badan hukum dari Kemenkumham. Dan untuk kelayakan suatu panti asuhan pemerintah juga harus memperhatikan sertifikasi sehingga pengelolaannya lebih baik .
” Saya akan ke dinas sosial menanyakan sertifikasi tiga panti asuhan yang kita duga tidak layak huni ini,” kata Ester.
Ditambahkannya, panti yang sesuai standart itu memiliki rumah belajar, lingkungan bersih, jadwal belajar dan tempat tidur yang nyaman. Sementara itu, terkait dugaan penganiayaan balita di panti asuhan Yayasan Tunas Bangsa, LPPA Riau masih menelusuri kasus tersebut.
Ester mengaku untuk kasus yang menimpa Zikli, masih mencari pihak keluarga korban. Karena sejauh ini belum ditemukan tempat tinggalnya. ” Untuk panti asuhan Yayasan Tunas Bangsa, kita sudah kesana. Tempatnya sangat tidak layak dan kotor sekali. Disitu kami melihat pak Idang sebagai pengelola dengan dua orang anak asuh,” ceritanya.
Namun, ketika pihak LPPA Riau meminta legalitas panti tersebut, pengelolanya tidak mampu menunjukkan. Bahkan pada saat dikunjungi, istri dari Idang, Hj Lili Nurhayati sedang berada diluar bersama anak asuh.
Menurut Ester ada kejanggalan dari pengelola panti. Jumlah anak disana juga tidak tau pasti. Dari pengakuan Idang berjumlah 18 orang anak diantaranyan 10 perempuan dan 8 orang laki-laki.
” Belum jelas datanya. Kami juga sudah koordinasi dengan RT setempat,” kata Ester.
Pemberitaan sebelumnya, salah satu balita di panti asuhan, Zikli meninggal dirumah sakit RSUD Arifin Ahmad, Senin (16/1) lalu. Korban diduga dilakukan penganiayaan penyebab kematiannya, ketika ditemukan luka-luka disekujur tubuh. Pihak rumah sakit saat itu tidak mau memberikan hasil pemeriksaan lantaran meminta pihak pelapor langsung ke Polisi. Sementara pihak panti asuhan Yayasan Tunas Bangsa membantah terjadinya penganiayaan karena korban belakangan menderita penyakit leukemia (kangker darah).(don)