PEKANBARU (HALUANPOS.COM)-Mahasiswa KKN UMRI 17a dengan dosen pembimbing lapangan ibu Desy Mairita, S.I.Kom., M.I.Kom melakukan gerakan 100 sapu lidi di lingkungan RW 09. (05/09)
Dimana dengan filosofi sapu lidi tersebut yang menggambarkan inilah pengalaman, perjalanan, pertualangan, pembelajaran, serta bermain di RW 09 selama 30 hari di bulan September yang kami terapkan selama KKN.
Dengan adanya mahasiswa/i KKN yang datang ke RW 09 berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Sapu lidi ini memiliki makna yang menggambarkan :
1. Masyarakat harus tegas dan keras dalam membersihkan hal-hal yang kotor seperti informasi hoaks dan hasut-menghasut di lingkungan.
2. Bersatu kita teguh bercerai kita berantakan. Begitu pula sapu lidi dimana jika satu akan rapuh dan jika bersama akan kokoh.
3. Ibarakan organisasi lidi adalah masyarakatnya dan tangkai adalah pemimpinnya dengan saling mnghargai, memahami, dan membangun kekompakan dari pihak lurah ke RW lalu ke RT, ke masyarakat serta ke mahasiswa KKN sehingga terciptalah keharmonisan di RW 09 yang membentuk sebuah kekeluargaan yang utuh dan kokoh
Dampak positif bagi masyarakat dengan adanya mahasiswa/i KKN 17a UMRI memberikan pengaruh besar bagi masyarakatnya di RW 09. Dan adanya mahasiswa KKN pertama di RW 09 lebih membangun kekompakkan dan keharmonisan antara tetangga satu dengan tetangga yang lain, dan selanjutnya menimbulkan rasa kasih sayang antara ibu dan anak, ayah dan anak. Maksudnya tidak ada rasa segan di lingkungan RW 09 karna semua sama, semua adalah keluarga, lalu sosialisasi menjadi tumbuh dan keakraban timbul baik dari warga ke remaja, pihak atasasn (RW dengan remaja), (RT dengan warga), (pihak RW, RT, masyarakat, mahasiswa/i UMRI17a) menjadi satu dan membengtuk sebuah tali persaudaraan yang ukhuwah seperti sapu lidi yang menajdi logo dan simbol filosofi KKN 17 Universitas Muhammadiyah Riau. (Rls)