Pekanbaru(Haluanpos. com)-Dalam rangka untuk mengetahui tentang adat istiadat budaya Melayu, maka rombongan Disabilitas Daksa dari UPT Dinas Sosial Provinsi Riau mengunjungi sekretariat LAM Riau Pekanbaru, Kamis(9/12/21).
Dimana kedatangan rombongan Disabilitas dari UPT Dinas Sosial Provinsi Riau disambut oleh pengurus LAM Riau Pekanbaru, puan Syam serta dikuti Datuk Irfan ketua LAM Kecamatan Rumbai.

Usai pertemuan, Kepala UPT Disabilitas Daksa Dinsos Riau, Elina Ali mengatakan, Tujuan kami datang ke LAM Riau Pekanbaru adalah untuk mengetahui adat istiadat budaya Melayu. Karena Penerima Manfaat berasal dari kabupaten dan kota, maka perlu diberikan pengetahuan tentang adat budaya, seperti mengenalkan bentuk pakaian Melayu, bentuk pelaminan, makna tanjak dan hal yang lainnya,” ungkap Elina Ali
“Karena Penerima Manfaat ini ada dua bidang, yakni menjahit dan salon, maka perlu kita berikan bekal pengetahuan adat budaya Melayu yang selama ini belum pernah mereka dapatkan.dari kabupaten dan kota. Kita berharap bekal pengetahuan yang mereka dapatkan, dapat direalisasikan dan menjadi ilmu pengetahuan bagi mereka kedepannya,” ungkap Erlina Ali
Sementara itu, ketua DPH LAM Riau Datuk Seri Muspidauan melalui Puan Syam Bakar Thamrin mengatakan, Kita dari LAM Riau Pekanbaru memberikan apresiasi kepada pihak UPT Disabilitas Daksa Dinsos Riau yang telah berkunjung ke LAM Riau Pekanbaru untuk mengetahui dan memahami tentang adat istiadat budaya Melayu,” ungkap Puan Syam
Tadi kita dari LAM Riau Pekanbaru sudah menjelaskan dan memaparkan tentang busana Melayu yang ada di Provinsi Riau serta mengenalkan bentuk pelaminan, memberikan penjelasan makna filosofi warna dan mengenalkan beberapa alat-alat peraga untuk pernikahan. Bahkan kita memberikan kumpulan buku tentang busana Melayu,” ungkap Puan Syam Bakar Thamrin
” Kita berharap bagi generasi muda khususnya bagi Penerima Manfaat (Disabilitas) yang belajar tentang ada budaya Melayu bisa memahami tentang ada istiadat budaya Melayu. Sebab zaman sekarang ini banyak pihak dan organisasi yang kurang memahami konteks dan makna filosofi Melayu. Kalau adanya modifikasi, hal itu bisa kita maklumi tetapi tidak boleh lepas dari pakemnya,” ungkap Puan Syam Bakar Thamrin. (YS)