PEKANBARU (Haluanpos.com) –Zuriat dari Kesultanan Siak, Tengku Syed Muhammad Amin sangat menyayangkan terjadinya aksi teror serta hujatan tak beradat pada tokoh, pemuka masyarakat Riau yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Aksi teror yang telah membuat kegaduhan yang tentunya sangat meresahkan dan mengusik kenyamanan serta keamanan masyarakat Riau hal ini adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan adat dan budaya Melayu di Provinsi Riau ini.
Namun dalam kasus ini, kita memberikan apresisasi kepada aparat kepolisian yang telah berhasil menangkap para pelaku yang telah mencoreng marwah Melayu dan seolah negeri ini tak bertuan sehingga muncul aksi premanisme. Jika hal ini tidak disikapi secara tegas dan cepat, tentunya akan berdampak tidak baik bagi masyarakat maupun Marwah Negeri Melayu Riau,” ungkap Tengku Amin
Tetapi yang disayangkan dalam peristiwa ini adanya permasalahan yang tak seharusnya terjadi, yang katanya hanya persoalan ketidak senangan terhadap seseorang yang diberi Amanah untuk memimpin Lembaga Adat Melayu. Kalau kita menoleh kebelakang, sejak tahun 1970 LAMR itu didirikan oleh Arifin Ahmad yang saat itu sebagai Gubernur Riau bertujuan untuk melestarikan Adat Budaya Melayu itu sendiri agar tidak punah, dan sejak saat itu hingga saat Alm.Datuk Tenas Effendi yang juga pak cik dari Tengku Amin ini memimpin LAMR tidak pernah ada kegaduhan dan pertikaian di dalam Organisasi yang terhormat ini, mungkin karena Lembaga ini sejatinya berjalan sesuai dengan Alur dan Patut,” ungkap T Amin. Ahad(14/3/2021)
LAM Riau sepertinya saat ini, sambung T Amin, mau tak mau kalau kite telek(lihat) sudah lari dari khitah awalnya yang seharusnya berfokus pada Adat Budaya malah sekarang sudah merambah kepada berbagai bidang seakan LAM sudah dijadikan alat politik dan bisnis.
“LAM Riau sebagai organisasi yang berbudaya, amanah, bermarwah, dan dijadikan tempat bertanya. Jangan sampai ditunggangi oleh segelintir orang untuk mencapai kepentingannya,” ungkap T Amin
LAM Riau bukanlah semacam organisasi pada umumnya, tetapi LAMR adalah tempat berkumpul para tetua-tetua adat, tokoh alim ulama dan cerdik pandai yang senantiasa mengedepankan musyawarah dalam mengambil keputusan. Seharusnyalah Di sana benteng terakhir tegaknya marwah Melayu. Jadi, janganlah lembaga sebesar ini menjadi hilang ruh budayanya karena kepentingan sekelompok orang yang berambisi dan memiliki kepentingan tertentu. Maka tokoh-tokoh adat yang dipilih dan dipercaya sebagai pengerusi LAM Riau, haruslah orang yang teruji integritas dan kredibilitasnya, memiliki sikap atau jiwa yang arif dan bijak, independen dan obyektif,” ungkap Tengku Amin yang juga pengurus FKPMR.
Jadi marilah kita semua yang peduli dengan keberadaan Lembaga Adat Melayu ini dan kita kembalikan Khitah nya sesuai dengan Amanah dari pendirinya yaitu ” Melestarikan Adat Budaya Melayu itu sendiri agar tidak punah”
Jadi, kita hanya memberikan masukan kepada LAMR agar masalah dualisme kepemimpinan LAMR kota Pekanbaru dapat diselesaikan secara Musyawarah, arif dan bijak serta terbuka, sehingga tidak muncul rasa curiga dan ketidakpuasan anak-keponakan yang memiliki niat baik dalam memelihara adat dan budaya Melayu di negeri Melayu ini,” harap T Amin. (YS)