foto: Menko Perekonomian Darmin Nasution saat menghadiri bisnis forum prospek ekonomi Indonesia (foto:detikfinance)
foto: Menko Perekonomian Darmin Nasution saat menghadiri bisnis forum prospek ekonomi Indonesia (foto:detikfinance)
foto: Menko Perekonomian Darmin Nasution saat menghadiri bisnis forum prospek ekonomi Indonesia (foto:detikfinance)

Jakarta-(HPC) – Menko Perekonomian Darmin Nasution menghadiri bisnis forum prospek ekonomi Indonesia yang membahas soal memetakan sektor unggulan.

Dalam sambutannya, Darmin mengatakan, beberapa cara Indonesia dilakukan sejak tahun 2014 untuk mencegah Indonesia terseret perlambatan ekonomi dunia.

Ia menyebut, awalnya pada tahun 2014, Indonesia melakukan upaya dengan memotong beberapa subsidi untuk dialihkan ke sektor infrastruktur karena lebih produktif.

“Apa tema besarnya, temanya bagaimana supaya tidak terseret ke dalam pusaran perlambatan ekonomi dunia. Di mulai mulai suatu keberanian pemotongan subsidi besar-besaran pada akhir tahun 2014 dan di distribusikan ke bantuan infrastruktur, ke pembangunan pendidikan, dan bantuan sosial,” kata Darmin, di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (19/12/2016).

MENARIK DIBACA:  Jelang Ucapara Hut RI Ke 72 Paskibra Terus Giat Latihan

Ia menyebut, pemotongan subsidi tersebut adalah langkah besar untuk membuka ruang fiskal daripada tahun-tahun sebelumnya. Selain mengalihkan pembiayaan subsidi yang dipotong ke sektor infrastruktur, pemerintah juga melakukan deregulasi untuk memperbesar investasi asing.

“Membangun infrastruktur, sebagian dari dana subsidi ditambah dengan dana dan yang lain, ditambah lagi dengan mengundang investasi asing di infrastruktur, itu adalah paket besar,” kata Darmin.

Pemerintah juga telah mengupayakan membentuk deregulasi dan membentuk task force di Kemenko Perekonomian. Namun, memang masih terkendala implementasi 100%.

“Kita coba detect satu per satu, kelarin persoalan di lapangan. Ada yang belum muncul dampaknya di bidang investasi, di bidang industri karena belum cukup tinggi karena situasi belum normal,” imbuhnya.

MENARIK DIBACA:  Diduga Ada Pemalsuan Data, Yara Mintak Pemerintah Tempuh Jalur Hukum

Ia menyebut, pada saat Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi 7%, justru defisit anggaran melebar. Hal itu karena Indonesia saat itu tidak memiliki industri turunan seperti petrokimia yang karena tidak memiliki sumber bahan baku industri sehingga mengimpor dalam jumlah besar.

“Sampai saat ini kita juga sudah mulai mempersiapkan kelemahan mendasar ekonomi sejak puluhan tahun. Kalau setiap pertumbuhan besar artinya mulai sentuh 7%, itu transaksi berjalannya, melebar defisitnya. Dulu zaman orba di sebut overheating, kepanasan mesinnya, tapi habis dilihat sumbernya kita nggak punya jalur industri dasar dengan industri turunan,” kata Darmin.

Oleh karena itu, ke depan, Darmin mengatakan, pemerintah akan mendorong perkembangan industri turunan prospektif dan memiliki multiplier efek kepada negara. Misalnya industri petrokimia, baja, dan bahan baku obat. (***)

MENARIK DIBACA:  ini Sosok DR. H. Firdaus. ST. MT Sang Visioner

Sumber:Detikfinance

By admin