Oleh: Retnaning Putri, S.S.
OPINI (HALUANPOS.COM)-Di tengah pandemi Covid-19, beberapa kali terdengar staf khusus presiden yang tengah viral di jagat maya. Entah berupa cuitan mereka di sosial media yang berupa opini maupun kerja mereka yang dinilai semakin janggal dengan gaji dan tunjangan mahal. Termasuk yang sedang hangat dibicarakan publik hari ini adalah salah satu staf khusus presiden yang menggemparkan publik di jagat maya karena surat sakti yang dia buat untuk seluruh camat se-Indonesia.
Staf Khusus Presiden RI dari kalangan milenial tersebut yaitu Andi Taufan Garuda Putra. Dia membuat surat dengan kop Sekretariat Kabinet yang ditujukan kepada sebagian besar camat di Indonesia. Surat tersebut viral di media sosial, dikeluarkan tertanggal 1 April 2020 dan dikecam karena dianggap melampaui kewenangan dan tidak sesuai tata administrasi karena ditujukan langsung ke seluruh camat di Indonesia. (wartakota.tribunnews.com, 15 April 2020).
Mengingat staf khusus milenial yang diangkat oleh presiden adalah sebagai penasihat presiden. Tugas penasihat presiden adalah memberikan masukan dan saran berupa gagasan-gagasan yang kreatif dan inovatif kepada presiden, termasuk berkaitan tentang generasi milenial. Mereka bekerja 1×24 jam dengan gaji sebesar 51 juta rupiah setiap orang. Namun pada faktanya, justru mereka memperlihatkan kiprah yang janggal kepada masyarakat. Tentunya kehadiran mereka sebagai penasihat, menjadi dipertanyakan. Penting ataukah tidak?
Aksi viral menyebarnya surat sakti dengan kop Sekretariat Kabinet yang dilakukan oleh Andi Taufan semakin memperlihatkan bahwa posisinya sebagai staf khusus presiden hanya sebatas icon saja. Memang, dengan jabatannya itu dia bisa melakukan apapun untuk mengembangkan pundi-pundi rupiah. Hal ini telah menunjukkan kegagalan sistem demokrasi dalam memerankan milenial untuk menciptakan perubahan. Alih-alih mereka memperjuangkan kepentingan rakyat, yang terjadi justru mereka tersandera oleh kepentingan pribadi dan korporasi.
Maka tidak heran, jika kejanggalan demi kejanggalan kiprahnya mulai diperlihatkan secara terang-terangan.
Lembaga Ombudsman melihat adanya kejanggalan serta konflik kepentingan dalam Surat Staf Khusus Presiden Joko Widodo yang ditujukan ke seluruh camat. Ombudsman meminta Presiden mengevaluasi keberadaan stafsus tersebut. (www.kompas.tv, 15 April 2020)
Sungguh miris, betapa suara mereka diharapkan dapat mewakili kaum milenial dan intelektual untuk membawa perubahan. Nyatanya, mereka berwatak sama dengan para pemilik modal (kapital).
Beginilah ulah milenial dengan jabatan dan gaji yang mahal harus memenjarakan potensinya hanya demi uang. RI 1 perlu mengkaji kembali urgensitas peran mereka sebagai penasihat.
Padahal, kemajuan suatu peradaban ditentukan oleh pemudanya. Dalam karut marutnya sistem saat ini, pemuda adalah aset bangsa untuk melanjutkan politik kekuasaan. Perannya pun sesuai dengan kursi kekuasaan yang dibagikan. Hal ini tentu jauh berbeda dengan mindset Islam. Islam memandang, pemuda itu memiliki peran penting yaitu mempelajari Islam sebagai bekal untuk membangun peradaban berdasarkan ridha Allah SWT seperti layaknya para pemuda di zaman Rasulullah. Mereka menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya untuk menyebarluaskan Islam dan mengisi peradaban.
Demikianlah Islam menampatkan pemuda pada posisi terbaik, yaitu menjadi aset bangsa yang tak ternilai harganya. Tidak sekedar menjadi sorotan karena uang dan jabatan, tapi sorotan karena keimanan. []
Biodata Penulis:
Nama: Retnaning Putri
Alamat: Jalan Haji Mustofa 3 No.23 J, RT.6/RW.4, Kukusan, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425