Penulis: Mukhtarudin. M.Pd.I (Guru SMAN1 Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti)
OPINI (HPC) — Kata karakter sudah sering disebutkan dan dipahami arti harfiahnya oleh orang banyak, namun pada kenyataannya masih banyak di antara kita yang mengabaikannya (neglect). Karakter itu perlu dengan sengaja dibangun, dibentuk, ditempa, dan dikembangkan serta dimantapkan. Kita tahu bahwa dalam membangun karakter sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, baik lingkungan kecil di rumah, di masyarakat, dan selanjutnya meluas di kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan di kehidupan global (Zainal Aqib: 2011).
Pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran atau mata kuliah yang diberikan melalui proses pembelajaran akademik konvensional. Jika kita mulai berpikir pendidikan karakter dilaksanakan melalui mata pelajaran atau kuliah, di mana pun juga, pada saat itu juga kita harus sudah siap untuk menerima bahwa pendidikan karakter tidak akan pernah berhasil. Yang pasti, pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang berlangsung di mana saja, baik dalam institusi pendidikan formal, informal, maupun non formal dalam keluarga atau masyarakat. Pendidikan karakter adalah proses yang secara sistematis disusun dan dilaksanakan di dalam suatu satuan pendidikan melalui proses yang sengaja diciptakan maupun proses yang berlangsung secara nyata walaupun tidak disengaja, tetapi berpengaruh terhadap internalisasi suatu nilai karakter.
Menurut Kohlberg dalam Ace Suryadi, mengatakan bahwa; karakter siswa dapat dikembangkan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dimulai sejak prarasional, rasional, dan pascarasional. Pada tahap prarasional, siswa belum menjiwai norma dan standar perilaku moral lebih dikendalikan oleh pembiasaan bahkan mungkin pemaksaan. Jika siswa sudah mencapai tahap rasional, perilaku moral dan karakter didasarkan pada norma dan/atau pemahaman yang berlaku pada orang lain. Pada tahap ketiga, siswa memahami dan menjiwai norma dan standar moral, dan perilaku moral dan karakter didorong oleh keinginannya sendiri. Atas dasar itu, pembentukan moral harus dilakukan seiring dengan tahapan-tahapan tersebut.
Apabila tahap perkembangan menurut Kohlberg diadaptasikan terhadap strategi peningkatan mutu pendidikan yang dikemukakan oleh Lockeed, maka moral dan karakter dapat ditumbuhkan dengan empat tahap, yaitu: tahap keteladanan, pembiasaan, dan (bila perlu) pemaksaan; tahap pemahaman siswa akan pentingnya norma dan standar moral dan karakter; tahap pelibatan siswa dalam kegiatan sekolah untuk melatih mematuhi norma, aturan, dan tanggung jawab; dan tahap menjiwai norma dan standar, dan perilaku karakter dilaksanakan atas dasar motivasi instrinsik.
Atas dasar tahapan-tahapan perkembangan moral dan karakter tersebut, maka program pendidikan karakter di sekolah paling tidak harus dilaksanakan secara sistematis dalam dua pendekatan, yaitu: pendekatan program karakter sekolah sebagai institusi, dan pendekatan pembelajaran karakter untuk siswa secara individual atau kolektif.
Pertama, dalam pemebentukan karakter institusi sekolah, penataan dapat dilakukan dalam enam komponen, yaitu: penyusunan indikator kehidupan sekolah yang berkarakter; kepemimpinan moral dan akademik kepala sekolah; menerapkan disiplin sekolah yang berkeadilan; iklim sekolah yang berkeadilan;harmonis, “mutual respect” ;organisasi kesiswaan yang demokratis; diskusi permasalahan karakter di sekolah; dan rasa kekeluargaan dan kebersamaan di sekolah. Pada tahap awal pengembangan sekolah yang berkarakter, perlu disusun sebuah pedoman bagi sekolah untuk menyamakan persepsi tentang pengertian, batas, dan cara-cara mewujudkan iklim sekolah yang berkarakter.
Kedua, dalam pembentukan karakter siswa, suatu program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan secara terprogram yang meliputi: program pembiasaan, “pemaksaan”, keteladanan; program pemahaman nilai dan norma; program aplikasi dalam kegiatan/kehidupan sekolah; dan program pemaknaan nilai dan norma moral dan karakter. Untuk mengawali upaya pendidikan karakter seperti ini, perlu disusun sebuah pedoman yang bertujuan untuk menyamakan persepsi di antara guru dalam melaksanakan tahap-tahap pembelajaran karakter melalui proses pembelajaran dan pelatihan yang secara khusus dirancang untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter di kalangan siswa (Ace Suryadi: 2014). Untuk melaksanakan hal tersebut memang tidak mudah, tetapi mari kita sama-sama berusaha semoga pendidikan karakter berhasil sesuai dengan harapan kita bersama, amin***rls/mf