Pekanbaru(Haluanpos.com)-Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) taja majelis zikir dan tausiyah dalam rangka memperingati Milad Provinsi Riau ke-66 dan Hari Masyarakat Adat Internasional 2023 di komplek Balai Adat Melayu Riau, Pekanbaru, Selasa malam (08/08).
Hadir dalam majelis ini sejumlah petinggi Riau, seperti Wakil Gubernur Riau Brigjen Edi Natar Nasution, Asisten I Sekda Provinsi Riau Drs H Masrul Kasmy MSi serta sejumlah Forkopimda Provinsi Riau, Ketua MKA LAMR Datuk Seri HR Marjohan Yusuf, Ketua DPH LAMR Datuk Seri Taufik Ikram Jamil serta sejumlah tamu undangan lainnya.
Majelis zikir malam itu dipimpin langsung KH Muhammad Husin AlMaktub, pimpinan majelis zikir Rahmatan Lil ‘Alamin. Sedangkan pemberi syarahan adalah Dr H Griven H Putera MAg (Datuk Sati Diraja Rantaubaru/Batin Sibokol-Bokol).
Wakil Gubernur Riau (Wagubri), Brigjen TNI (Purn) Edy Natar Nasution dalam elu-eluannya menilai bahwa kegiatan majelis zikir yang dilakukan LAM Riau tentunya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT lebih bertakwa sehingga keberkahan akan datang di Bumi Melayu Lancang Kuning.
Bersamaan dengan itu, Ketua Umum (Ketum) Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Datuk Seri HR Marjohan Yusuf menyampaikan bahwa majelis zikir yang dilaksanakan sudah dilakukan untuk yang kesekian kalinya.
“Alhamdulillah kita sudah hadirkan majelis zikir ini sebanyak 11 kali, mudah-mudahan membawa keberkahan untuk negeri yang kita cintai ini,” katanya.
Datuk Seri HR Marjohan Yusuf berharap dengan adanya kegiatan majelis zikir ini dapat memberi semangat, motivasi agar kedepannya banyak pihak yang melakukan hal yang sama sehingga membawa keberkahan untuk negeri.
Sementara Dr Griven H Putera dalam syarahannya menyampaikan bahwa dalam setiap memperingati hari lahir, apa yang mesti dilakukan? Pertama, mensyukurinya karena dengan itu Allah akan menambah anugerah yang telah ada selama ini. Kedua, mengingat kembali apa yang telah dilakukan, dan apa saja capaian-capaian yang telah diraih. Ketiga, apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang.
“Sudah banyak capaian-capaian yang diraih Pemerintah Provinsi Riau selama ini, di samping masih terdapat beberapa hal yang terbengkalai, terutama peningkatan sumber daya manusia. Allah Swt berfirman, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan…” ungkapnya.
“Kedua, walaupun pembangunan sudah membaik akan tetapi perlu pemerataan dan prinsip keadilan di seluruh negeri. Konsep adil dan merata ini amat penting karena Tenas Effendy dalam tunjuk ajar Melayu telah mengingatkan: apa tanda adil dan benar/ adat dan syarak tempat bersandar/ tunjuk dan ajar menjadi dasar/ pantang larang tiada dilanggar/… bertuah hukum karena adilnya/ bertuah alim karena benarnya/ bertuah raja karena marwahnya/ bertuah penghulu karena sifatnya/ bertuah rakyat karena taatnya,” lanjutnya.
“Ketiga, perlu bekerja keras dan kerja cerdas di semua elemen. Tak dapat dipungkiri bahwa persaingan global menghendaki semua insan mesti bekerja keras dan bekerja cerdas sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Keempat, persebatian mesti semakin dipererat. Sesuai dengan tema peringatan hari jadi Riau ke-66, yaitu Riau Bersatu. Hari ini kita sudah berada pada tahun politik. Bayangan pertikaian dan perpecahan semakin jelas. Untuk itu mari jaga pesebatian atau persatuan dan kesatuan di antara anak negeri,” ungkapnya.
Sementara itu, karena pada malam itu juga dilaksanakan peringatan hari masyarakat adat internasional, Dr Griven juga mengingatkan betapa pentingnya memelihara adat istiadat dalam kehidupan manusia.
Sangat pentingnya adat ini dalam kehidupan orang Melayu, kata Dr Griven, sehingga muncul sebuah ungakapan Melayu yang amat mengena yaitu, kecik dikandung ibu, besar dikandung adat, mati dikandung tanah. Biar mati anak asal jangan mati adat. Mati anak luka sekampung, mati adat luka senegeri. Datuk laksmana berbaju besi, masuk hutan melanda-landa, hidup berdiri dengan saksi, adat berdiri dengan tanda.
“Saking urgennya adat dalam kehidupan manusia sehingga kematian adat diperbandingkan dengan kematian anak. Bukankah kemalangan terbesar manusia dalam kehidupan adalah ketika kehilangan keturunan? Dalam ungkapan Melayu di atas malah lebih berat kematian adat dibandingkan dengan kematian anak sendiri. Maksudnya, jika orang tak beradat maka ia tak akan beradab. Ketika itu terjadi, maka hidup manusia bagai kehidupan satwa di rimba. Jika itu berlaku, artinya manusia sudah hilang ruhnya. Maaf, kalau pun hidup tentu bagai bangkai melata saja,” lanjut lulusan S3 UIN SUSKA Riau ini.
Di ujung syarahannya, Dr Griven mengutip tulisan Milan Kundera, bahwa Tugas manusia adalah menghimpun sejumlah kenangan yang bisa disebut dengan manis pada masa mendatang.
“Ya, sebaik-baik manusia adalah yang banyak mendatangkan manfaat bagi manusia lainnya, demikian sabda Nabi Muhammad Saw. Hemat saya, itulah tugas kita. Ya, tugas kita sebagai masyarakat Riau semua pada hari ini dan esok-esoknya.” Tutup sastrawan Riau ini. (YS)