
MERANTI (HPC) –Patut kita pertahankan dan memberikan dukungan kepada komunitas muda mudi dalam mengisi weekend malam minggu dengan kegiatan positif. Sebagaimana kegiatan malam minggu lalu (29/07/2017) yang diadakan oleh kerjasama yang baik antara Komunitas Seni Muda Bernas (KEMAS), Laskar Seni Meranti (LASER) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepulauan Meranti.
Kegiatan yang diadakan di Waroeng Haiwah dengan tema yang bertajuk “Ketawe Besame di Waroeng Haiwah”, dalam kegiatan tersebut juga turut menghidupkan kembali budaya tanjak melayu. Menurut pantauan haluanpos.com terlihat komunitas pemuda pecinta tanjak yang mengenakan tanjak dikepalanya. Saat kegiatan berlangsung turut serta diundang Ibu perajin tanjak melayu.
Ibu Nuranisah salah seorang warga desa Banglas bisa menyempatkan waktunya untuk memproduksi tanjak. Ibu Nuranisah yang ikut hadir dalam acara muda mudi itu menyampaikan bahwa gagasan untuk menekuni nilai budaya tanjak berawal dari pertemuan kelompok binaan PKH desa Banglas.
Awal memulai memproduksi tanjak pada bulan Mei 2017, adapun tanjak yang sudah diproduksi dan ditampilkan pada malam ini yaitu tanjak Dendam tak sudah, tanjak ayam patah kepak dan tanjak Tebing runtuh. Hasil kreatif tersebut merupakan pemberdayaan kelompok PKH yang dibina oleh Mahendra selaku Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kemensos RI.
“Alhamdulillah selain Kemensos memberikan bantuan dana untuk meringankan biaya pendidikan, disini kami juga dibimbing untuk menjadi ibu ibu yang kreatif yang bisa menghasilkan nilaii tambah baik itu hasil nilai jual dan juga nilai budaya yang tetap dipertahankan” Ungkap Nuranisah.
Ditempat yang sama Mahendra sebagai Pendamping PKH menyampaikan hasil produksi tanjak ini selain kedepannya menghasilkan nilai ekonomi untuk meningkatkan kesejaheteraan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, kreatifitas ibu Nuranisa ini juga patut diberikan dukungan dan apresiasi karena dengan melihat kearifan lokal mempertahankan budaya tanjak melayu yang nantinya akan digunakan pada semua kalangan pemuda maupun orang tua, tanjak ini juga mampu menambah penghasilan ibu ibu sebagai home industry produktif.
Uyung salis selaku perwakilan rumah singgah anak yatim yang turut hadir menyampaikan bahwa kita bangga memiliki ibu Nuranisah yang hebat ini, meskipun beliau tidak memiliki mesin jahit tekad ibu Nuranisah mampu memproduksi tanjak yang merupakan warisan leluhur yang harus kita lestarikan bersama, hasil tanjak dari lipatan tangan ibu Nuranisah bisa kami gunakan bersama dimalam ini.
“Sebagai bentuk apresiasi kepada ibu Nuranisah, kami dari komunitas LASER dan Rumah singgah anak yatim memberikan apresiasi berupa hadiah satu unit mesin jahit. Semoga kedepannya nilai budaya tanjak selalu dilestarikan melalui hasil produksi kerajinan tanjak oleh ibu Nuranisah. (MF)