PEKANBARU (HPC) –Pekanbaru yang berselogan “Pekanbaru Kota Madani” seharusnya sudah bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain yang ada di Indonesia, terutama soal penyakit masyarakat yang masih banyak terdapat di hotel-hotel kelas melati dan di pinggir jalanan kota.
Kota Pekanbaru yang diharapkan menjadi kota yang Madani seperti nya masih jauh dari kata Madani karena masih belum bisa terlepas dari Pekerja Sex Komersial (PSK).
Hal ini tentu sangat merusak moral anak bangsa, khususnya para remaja yang ada di kota Pekanbaru,Riau.
Pengamat Kebijakan Publik Saiman Pakpahan mengatakan bahwa pemerintah Kota Pekanbaru masih lemah dalam menertibkan club-club malam dan hotel yang menjadi markas para Pekerja Sex Komersial yang semakin merebak di Kota Pekanbaru.
“Ayat (Plt.Walikota-red) harus tegas, jangan hanya club malam yang ditertibkan, karena club malam dan hotel ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Karena dari club malam pasti ke hotel dan dari hotel pasti ke club malam, jangan setengah-setengah.” Tegas Saiman.
Bahkan Pria yang Aktif menjadi dosen fakultas hukum disalah satu Perguruan Tinggi Negeri di Kota Pekanbaru ini menantang Plt.Walikota tersebut untuk menertibkan para pedagang jagung bakar yang berada di wilayah Stadion Utama Riau sepanjang Jalan Naga Sakti yang menyediakan tempat untuk melakukan perbuatan sex.
“Semua warga Pekanbaru sudah tau kalau disepanjang jalan dekat Stadion Untuk Riau ada warung remang-remang yang berkedok jagung bakar, tempatnya di semak-semak hanya ada lilin saja. Bagaimana club malam dan hotel mau ditertibkan sementara warung itu saja tidak ada ditertibkan. Untuk itu kita menantang Pak Ayat untuk menertibkan itu semua”. Ujar Pria kelahiran Tapanuli Selatan tersebut.
Menurut pantauan Info Riau dari media sosial Facebook, ada beberapa grub yang di isi oleh para lelaki hidung belang dan wanita penghibur tersebut. Tidak tanggung-tanggung, jumlah anggota yang berada di grub tersebut rata-rata sebanyak puluhan ribu orang.
Anehnya lagi para wanita penghibur tersebut secara terang-terangan menjual diri nya dengan cara meng-upload status beserta tarif dan lokasi hotel untuk mereka bertransaksi dan melakukan tindakan prostitusi.
Ketika Info Riau menemui salah satu wanita penjajah sex yang berinisial A tersebut, ia mengaku dari kota Semarang dan merantau ke Pekanbaru untuk bekerja sebagai baby sister. Ketika kontrak kerja nya sudah habis ia mulai menjual diri sejak tahun 2017. Dan wanita tersebut membenarkan bahwa ia setiap hari berada di hotel daerah Panam tersebut setiap hari, bahkan dari pengakuan nya ada sekitar 20an wanita penjajah sex yang berada di hotel tersebut dan beberapa nya ada yang sengaja tinggal dihotel tersebut.
“Kalau cewek-cewek yang lain disini mungkin ada 20-an orang. rata-rata saya kenal sama mereka, ada yang kenal dari Facebook dan ada yang sudah ketemu juga. Ada beberapa yang ngekos dan tinggal sama keluarga, ada juga yang sudah jadikan hotel ini kaya kos-kosan, jadi setiap hari disini dan gak keluar-keluar hotel”. Terangnya wanita tersebut ketika dijumpai di loby hotel yang berinisial “S” di daerah Panam tersebut.
Sambung Saiman, Pemerintah jangan berdalih karena hotel menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang besar. Karena ini semua kembali lagi untuk kebaikan Kota Pekanbaru dan untuk Masyarakat Pekanbaru.
“Jangan mengorbankan masyarakat karena semata-mata hanya untuk PAD. PAD itu untuk masyarakat bukan untuk para pejabat. Karena moral anak-anak Pekanbaru ini sudah turun, jangan mengorbankan anak-anak Pekanbaru.” Tegas Saiman
Ada beberapa hotel di Pekanbaru yang nama depannya sama tapi ada penambahan nama lain di belakang nya. Saiman menduga bahwa tidak semua hotel tersebut jika di razia tidak semua hotel tersebut terkena razia.
“Ada berapa hotel di Pekanbaru yang mamanya sama, itu hanya satu yang di razia. Selebihnya yang lain di biarkan sehingga menimbulkan sikap yang tidak menyelesaikan persoalan dan sangat meresahkan”. Ucap Saiman
Persoalan ada beberapa grub di Facebook, Saiman mengatakan bahwa PSK tersebut hanya memakai 1 buah gadget dengan akun palsu untuk mencari pelanggan dan bertransaksi melalui media sosial dan melakukan tindakan prostitusi di hotel yang sudah mereka sewa.
“Dampak teknologi ini disala gunakan oleh mereka, mereka melakukan tindakan yang salah dengan cara mencari pelanggan melalui jejaring media sosial Facebook dan memanfaatkan kelemahan pemerintah dalam pengawasan terhadap hotel-hotel kelas melati tersebut”. Ujar Dosen Fakultas Hukum tersebut.
Saiman berharap pemerintah harus tegas menindak para Pekerja Sex Komersial ini karena sudah meresahkan dan sangat merusak moral anak Pekanbaru. Dan pemerintah jangan mau ketinggalan dengan teknologi.
“Ini harus di tindak secepatnya, karena tidak menutup kemungkinan ada anak di bawah umur yang juga ikut menjual diri nya. Kasihan moral anak Pekanbaru yang semakin menurun, dan jangan lagi takut kehilangan PAD karena penghasil PAD bukan pada satu titik. Dan pemerintah juga jangan meu ketinggalan teknologi oleh para Pekerja Sex yang menjual dirinya melalu media sosial Facebook”. Tutup Saiman. (heri)