KAMPAR — Bupati Kampar, Jefry Noer saat ini seadng merancang menghasilkan energi terbarukan di Kabupaten Kampar. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan Kampar Mandiri Pangan dan Energy yang dimulai dari rumah tangga Mandiri Pangan dan Energy.
Hal itu dikatakannya saat menjadi nara sumber dalam dialog interaktif “Wajah Daerah” di RRI Pekanbaru, Kamis (26/3/2015).
Menurutnya, Kampar memiliki kekayaan melimpah tidak terkelola dengan maksimal sehingga ini menjadi fokus pemikiran Pemkab Kampar adalah memanfaatkan sumber daya alam dan membangkitkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan semangat baru untuk memasyarakatkan innovasi sumber energy terbarukan itu untuk membantu menaikkan taraf hidup masyarakat.
“Rancangan adalah pembangunan rumah masyarakat di dalamnya tersedia sapi, sayur mayur, ikan yang sudah pernah dicoba memanfaatkan tanah bekas galian dikelolah dengan ilmu teknology bisa tumbuh subur tanaman jagung dan sayur mayur yang sampai sekarang kerambah apung dalam kolam masih berjalan bahkan sudah dilakukan panen,” jelasnya.
Dalam program itu, Pemkab Kampar mempersiapkan satu lahan percontohan lagi di Desa Kubang Jaya lokasi Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan dan Swadaya (P4S). Lahan berada di dekat kandang sapi, dibuat dua hamparan berdampingan, satu hamparan seluas 1000 meter dan 1500 meter.
“Lalau di dalamnya akan dibangun satu keluarga dalam rumah tangga yang bertanggungjawab untuk pengelolaan lahan itu. Dari satu hamparan 1000 meter misal, akan di isi sapi sedikitnya empat ekor, ikan lele 2000 ekor ukuran 2 x 4, ayam 60 ekor, kambing 4 ekor, jamur 1000 sampai 2000 blok, dan tanaman sayur mayur, cabai cesim, kangkung,” jelasnya.
Selanjutnya dari peternaank sapi itu akan menghasilkan bio gas, bio urine dari kotorannya dihasilan energi terbarukan untuk dijadikan pupuk organik ramah lingkungan. Sehingga tidak dibiarkan berserakan di jalanan atau di hamparan kebun, seperti selama ini.
“Kotoran satu ekor sapi menghasilkan 20 x 4 ekor menjadi pupuk organik, dari kencing minimal 10 liter per hari, bisa dijual perliter Rp 25 ribu, dari ayam menghasilkan telur untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Setelah melakukan proses penyiapan lahan sampai tanah, maka satu keluarga yang ada dalam lahan 1000 meter atau 2500 meter, dapat menikmati hasilnya, sehingga tidak perlu lagi merogoh kantong untuk pemenuhan kebutuhan pokok.
“Mau telor, sudah ada ayam petelur, tinggal ambil. Mau sayur tinggal petik, mau cabai, terong, tomat juga ada pengen goreng ikan lele juga tinggal ambil, mau masak tinggal hidupkan kompor dengan bios gas dari kotoran sapi dan ayam. Semuanya tersedia, jadi itulah yang menjadi progarm Pemkab Kampar untuk mensejahterkan masyarakat,” urainya.
Dalam dialog itu, juga dihadirkan tokoh masyarakat Kampar Prof Iliyas Husti, sebagai nara sumber.
(Sumber : http://www.rri.co.id/)