Esensi Hidup adalah Memanfaatkan Waktu

0
253
Ustadz. Abdul Malik Al- Munir, S.Ud M.Hum

ARTIKEL (HALUANPOS.COM)-Tanpa terasa sudah memasuki minggu ketiga di bulan Januari tahun 2025, di mana jatah usia ataupun hidup seseorang di dunia ini secara otomotis berkurang jatah hidupnya. Ya begitulah kehidupan seseorang itu sudah ada jatahnya masing-masing (Qur’an Surat Fatir: 11), uniknya jatah ataupun batasan usia itu sendiri tidak ada satu pun yang mengetahui (Qur’an Surat al-Nahl: 70).

Maka hal yang logis dilakukan ialah dengan melakukan hal yang baik dan bermanfaat dalam mengisi jatah ataupun batasan waktu itu. Sudah sering terdengar adagium tentang waktu, mulai dari belahan timur yang mengibaratkan waktu seperti pedang, “waktu seperti pedang, apabila kamu tidak memotongnya dia (waktu: pedang) akan memotongmu (membunuhmu)”. Di bumi belahan barat pula waktu diibaratkan seperti uang, “the time is money (waktu adalah uang). Dari adagium sosial ini sudah bisa terlihat dengan jelas bahwa waktu adalah sesuatu yang tidak boleh dipandang enteng bin sebelah mata. Bahkan tidak berlebihan sekiranya mengungkapkan bahwa hidup itu adalah soal waktu.

ungkapan ini tentu tidak serta merta bak tong kosong yang nyaring bunyinya akan tetapi hal tersebut memang benar adanya, di antara alasan adalah sebagai berikut:

Pertama, waktu adalah bagian dari sesuatu yang selalu melekat pada diri manusia. Saking melekatnya terkadang tatkala seseorang meninggal dunia, diungkapkan pada dirinya “waktunya sudah berakhir” waktunya habis, jatahnya waktu sudah sampai” dan lain sebagainya. Maka sejatinya waktu itu adalah hidup itu sendiri.

Kedua, Nilai yang ada pada waktu itu sendiri. Manusia memang tidak bisa dipisahkan dari waktu dan ruang, keduanya adalah sesuatu yang perlu mendapatkan perhatian, akan tetapi menurut penulis nilai waktu itu punya kekhasan tersendiri di mana ruang bisa diulang tapi waktu tidak bisa diulang. Waktu atau momen tidak bisa diulang, kalaupun diulang di tempat yang sama, namun nilai ataupun kesan dari peristiwa atau kejadian itu akan berbeda bahkan pepatah arab mengatakan “Tidak akan pernah terulang hari-hari yang sudah berlalu”.

MENARIK DIBACA:  Rekomendasi Running Shoes Terbaik di Indonesia Saat ini

Ketiga, waktu adalah bagian yang mendapatkan perhatian yang besar dari al-Qur’an, kita bisa menyaksikan bagaimana al-Qur’an acapkali bersumpah dengan waktu semisal “demi masa (Quran Surat al-‘Asr:1), demi waktu fajar ( Qur’an Surat al-Fajr: 1), demi waktu dhuha (Qur’an Surat al-Dhuha:1) dan lainnya.

Sudah menjadi pengetahuan umum ketika dibawa ke kehidupan, seseorang bersumpah dengan sesuatu yang dikategorikan mulia olehnya, misalnya demi bapakku atau demi ibuku. Maka waktu diisi Allah adalah hal yang bernilai, sudah semestinya diambil perhatian besar oleh seluruh hamba-Nya.

Dari gambaran sekilas tentang waktu diatas, sudah sepatutnya kita menyadari bahwa waktu itu adalah esensi hidup, maka harus ada langkah yang diambil agar ketika waktu yang sudah ditetapkan pada seseorang datang kepadanya, ia mengakhirinya dengan pengakhiran yang baik bagi dirinya. Seperti apa langkahnya:

Pertama, isilah waktu dengan berbuat kebaikan dan hindari perbuatan jelek lagi tercela. Dalam mengisi waktu yang sudah disediakan ini, harus betul-betul dimanfaatkan untuk menebarkan kebaikan dan menjauhi keburukan. Untuk mengetahui baik dan buruk, seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang hal tersebut, manusia diberikan Allah SWT bekal hidup, diantara adalah insting, panca indera, akal dan agama. Dari bekal tersebut manusia dapat mendapatkan pengetahuan tentang baik dan buruk terutama dari nilai agama dan akal yang difungsikan. Setelah ilmu didapatkan akan dengan mudah mengenali mana yang baik dan mana yang buruk. Berikutnya ketika melakukan kebaikan ataupun menghindari yang buruk adalah jangan menganggap remeh hal yang dianggap kecil dalam kebaikan atau hal yang kecil untuk dihindari dari keburukan. Karena tidak ada hal yang besar kalau tidak ada yang kecil, yang kecil yang diremehkan bisa menjadi besar kalau dilakukan secara terus menerus. Dan yang terpenting adalah jangan-jangan di hal-hal kecil tersebut menyentuh hati seseorang sehingga ia terkesan, dan tentunya bisa jadi di hal-hal kecil pula ada keridhoan yang besar dari Sang Maha Penyayang (Allah SWT). Nabi Muhammad SAW mengingatkan Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi).

MENARIK DIBACA:  Peluang Karir Terbuka Lebar untuk 3 Shio Ini di Tahun 2023

Kedua, orientasikan seluruh perbuatan dalam hidup sebagai wujud ibadah kepada Tuhan. Hal yang terpenting dari seluruh upaya berbuat kebaikan dan menghindari keburukan dalam mengorientasikan atau meniatkan dalam konteks beribadah kepada Allah SWT. Beribadah atau ibadah itu sendiri adalah tunduk dan patuh, tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT, tunduk dan patuh atas larangan Allah SWT. Maka dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa baik dan buruk yang kita ingin kerjakan atau kita hindari adalah yang digariskan oleh Allah SWT dalam hal ini adalah agama Islam dan meniatkan hanya dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT (beribadah).

Manfaat dari mengorientasikan perbuatan hanya karena Allah SWT akan membebaskan seseorang dari keterikatan dengan makhluk sehingga akan terbebas rasa keterikatan dengan yang lainnya, menjadikan pribadi yang tidak bisa diintervensi oleh yang lainnya.
Ketiga, mulailah dari sekarang, teruslah untuk berada di dua langkah sebelumnya meskipun banyak rintangan yang akan dihadapi (istiqomah). Mulailah dari” sekarang” bermakna bahwa terus-menerus melakukan kebaikan dan menghindari keburukan. Tidak mengenal “dahulu” maupun akan “datang”, karena “dahulu” adalah yang sudah dilalui dan tak mungkin kembali, sedangkan akan “datang” adalah misteri, sehingga “sekarang” adalah yang paling masuk akal dalam melakukan kebaikan. Makna “sekarang” juga adalah mengandung jangan ada menunda-nunda dalam melakukan kebaikan dan menghindari keburukan. Namun terkadang semua hal tidak berjalan sesuai yang diinginkan, ada rintangan dan hambatan. Disinilah dituntut konsistensi seseorang, disini pula akan terlihat keseriusan seseorang, apakah berbuat baik dan menghindari berbuat buruk yang ia lakukan bersifat sementara atau sebaliknya. Ingat segala sesuatu harus diuji agar terlihat tapisan mana pribadi yang benar-benar berbuat baik dan menghindari keburukan secara terus menerus yang diorientasikan kepada Allah SWT serta mana yang hanya sifatnya sementara bahkan berhenti disitu saja. Mudah-mudahan tulisan yang singkat ini dapat menggugah serta menyadari bahwa essensi hidup adalah memanfaatkan waktu.

MENARIK DIBACA:  Implementasi Isra Mi'raj Dalam Kehidupan Bermasyarakat di Labuhanbatu

Abd. Malik Al Munir ( Warga RT 007 Kelurahan Pinang Kencana Tanjungpinang)