ARTIKEL (HALUANPOS.COM)- John Dewey (1859–1952) adalah seorang filsuf Amerika terkemuka dalam aliran Pragmatisme yang menekankan pentingnya _pengalaman_ dalam pembelajaran dan _pengembangan individu_ . Ia percaya bahwa pengetahuan tidak hanya berasal dari pemikiran abstrak, tetapi juga melalui interaksi langsung dengan dunia nyata. Dalam pandangannya, kebenaran dan pengetahuan harus diuji melalui pengalaman praktis dan hasilnya dalam kehidupan sehari-hari. Gagasan pragmatisme ini menjadi dasar pendekatannya terhadap berbagai bidang, termasuk pendidikan, di mana Dewey mengedepankan metode pembelajaran berbasis pengalaman ( learning by doing ), yang melibatkan siswa secara aktif daripada sekadar menerima informasi secara pasif.

Dewey juga memandang pendidikan sebagai sarana untuk mendukung perkembangan masyarakat demokratis. Baginya, demokrasi bukan sekadar sistem pemerintahan, melainkan cara hidup yang menghargai partisipasi aktif dan kerja sama. Selain itu, ia melihat masyarakat sebagai tempat eksperimen sosial, di mana ide-ide baru dapat diuji untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Pemikiran-pemikirannya ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dan pengalaman langsung dalam membentuk individu yang mampu berkontribusi pada kemajuan masyarakat secara keseluruhan.
Rini Basri, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Sabak Auh Kabupaten Siak, sendiri telah menerapkan Pemikiran Pragmatisme ini seperti Program Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup Sekolah (PBLHS) yang telah berjalan sejak 2013. Program ini mencakup berbagai kegiatan inovatif, seperti Rabu Bersih, Kaseb (Kamis Sehat dan Bersih), pengelolaan sampah dengan mengurangi plastik, kegiatan penghijauan ODOT (One Day One Tree), serta edukasi lingkungan melalui Projek Profil Pelajar Pancasila (P5). Selain itu, siswa juga menghasilkan karya kreatif, seperti pelet ikan dan pembersih lantai dari pembelajaran prakarya, serta menyelenggarakan lomba poster dan kampanye lingkungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Program PBLHS yang diterapkan di SMAN 1 Sabak Auh mencerminkan esensi filsafat pragmatisme John Dewey, yang menekankan pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman langsung dan relevansi dengan kehidupan nyata. Dalam pandangan kami program ini adalah contoh implementasi pragmatisme yang luar biasa, karena mengintegrasikan pengalaman langsung dengan pembentukan karakter siswa. Kegiatan seperti Rabu Bersih dan Kaseb tidak hanya melatih kebiasaan hidup bersih, tetapi juga membangun kerja sama dan tanggung jawab sosial. Selain itu, pengurangan sampah plastik dan pengelolaan bank sampah menanamkan nilai keberlanjutan, yang relevan dengan tantangan lingkungan global saat ini. Dengan pendekatan ini, SMAN 1 Sabak Auh telah membuktikan bahwa pendidikan dapat menjadi sarana efektif untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga peduli, kreatif, dan siap berkontribusi untuk kehidupan yang lebih baik.

MENARIK DIBACA:  Meningkatkan pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia

Hal senada juga disampaikan oleh Guru SMAN 5 Tapung Armelya Armyk. SH dirinya Berpendapat Pemahaman filsafat John Dewey sangat relevan dengan konsep panen karya dalam konteks P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Dewey menekankan pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman, yang sejalan dengan prinsip P5 yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang kontekstual dan aplikatif. Seperti halnya Dewey yang menganggap pendidikan sebagai pengalaman yang terus berkembang, P5 mengajak siswa untuk tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan solusi nyata untuk tantangan sosial dan lingkungan. Dengan pendekatan ini, siswa dapat “memanen” hasil belajar yang lebih mendalam dan relevan, sekaligus mengembangkan karakter dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi warga negara yang aktif dan peduli.

Sedangkan Guru SMA N 2 Dumai, Yoserizal. S.Sos, memiliki Pendapat juga Sama tentang Pemikiran Jhon Dewey pasalnya SMAN 2 Dumai berkomitmen untuk terus meningkatkan mutu pendidikan melalui penguatan karakter, penanaman nilai-nilai Pancasila, dan pembekalan keterampilan abad 21 kepada peserta didik agar menjadi generasi yang unggul, kompeten, dan berdaya saing. Dalam program Seni teater dan budidaya tanaman hidroponik memberikan manfaat keleluasaan untuk mengekplorasi mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam diri peserta didik. Pengembangan kreativitas dan ekspresi diri membantu peserta didik mengembangkan pengalaman dalam pembelajaran, pengembangan emosi dan ide. Disamping untuk melestarikan budaya tradisional dan memperkenalkan nilai-nilai lokal juga mengajarkan peserta didik untuk bekerja sama, berdisiplin, dan tampil percaya diri di depan umum memberikan dimensi holistik pada pendidikan dengan melibatkan unsur gerak, dan kreativitas yang meningkatkan kebugaran tubuh dan koordinasi motorik siswa secara psikologis. Program ini dapat mengurangi stres dan meningkatkan mood hal ini sejalan dengan John Dewey yang mendukung pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dan relevansi pendidikan dengan kehidupan nyata masa kini, khususnya dalam menghadapi dinamika pendidikan yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern.

MENARIK DIBACA:  Pengaruh Aspek Keperilakuan Terhadap Sistem Akuntansi Pada, PT.Lintas Kumala Abadi di Pekanbaru

Sari Lestari. S.Pd, selaku Guru SMA N 2 Singingi Hilir juga senyampaikan Pendapat yang sama karena di sekolah yang ia gelut ada Program Resmi di SMA Negeri 2 Singingi Hilir adalah OSIS. penanggung jawab pembina OSIS di sekolah ini adalah kepala sekolah dibantu oleh guru sebagai pembina OSIS, agar OSIS dapat melaksanakan tugas dan fungsinya, maka perlu mensahkan dan melantik pengurus OSIS yang di pilih oleh semua siswa SMA Negeri 2 Singingi Hilir seperti pemilu.
OSIS menjadi wadah dalam membina siswa di sekolah, menjadi pengembang minat mereka dah wadah yang menampung potensi diri para siswa. Sebab organisasi ini dapat melatih kemandirian, kecakapan, serta menempa jiwa jiwa Demokrasi siswa. Salah satu bukti OSIS melatih jiwa demokrasi terlihat dari pemilihan OSIS yang di terlaksana persekian periode dan pemilihan ini mengadopsi Pemilu dimana setiap siswa memiliki hak suara dalam menentukan siapa yang mereka inginnkan menjadi ketua OSIS baru.

Menurut saya pelaksanaan pemilihan OSIS yang dilangsungkan di lingkungan sekolah adalah sebuah kegiatan positif yang baik untuk terus dipertahankan. Alasannya adalah karena pemilihan ini mengajarkan siswa siswi dalam berdemokrasi, berpolitik sekaligus berorganisasi. Tentunya nilai nilai positif ini akan menjadi bekal berharga bagi para siswa di jenjang kehidupan selanjutnya.

Di SMA Negeri 5 Tualang memiliki ekskul seperti Paskibra, Pramuka, olahraga, seni, atau klub akademik, hal ini menunjukkan keragaman pilihan yang bisa memenuhi minat siswa. Namun, penting untuk memastikan bahwa setiap ekskul relevan dengan kebutuhan siswa dan tren saat ini serta mendukung pengembangan potensi lokal, seperti seni dan budaya daerah. Pada saat ini di SMA Negeri 5 Tualang ekskul yang menjadi fokus utama adalah Paskib dan Pramuka, karena minat siswa yang lebih besar dan pembina nya yang kreatif dan aktif dalam mengelola ekskul ini. Dengan pengelolaan yang baik dan relevansi yang kuat terhadap kebutuhan siswa serta tuntutan zaman, ekskul dapat menjadi nilai tambah yang memperkuat citra sekolah, ini yang diterapkan oleh Sekolah kami ujar Reykha Intania Miranda, S.Pd selaku Guru seni budaya.

MENARIK DIBACA:  Belajar menjadi Guru Biologi yang Interaktif

Terakhir dalam kacamata Kepala sekolah SLB N 033 Tembilahan Desy Lestari S.Pd Gr Jika dikaitkan dengan aliran filsafat maka program dari SLBN 033 Tembilahan ini selaras dengan aliran pragmatism yang di cetuskan oleh Jhon Dewey. John Dewey, menekankan bahwa pengetahuan dan kebenaran berkembang melalui pengalaman manusia dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan.. Konsep “learning by doing” yang diperkenalkannya menjadikan pengalaman praktis sebagai inti pembelajaran, di mana teori harus selalu relevan dan memiliki dampak nyata bagi kehidupan manusia. Prinsip ini tercermin dalam program “Sabtu Ceria”

“Sabtu Ceria” dirancang untuk melatih kemandirian, motorik, kemampuan sosial, kedisiplinan, serta kepedulian terhadap lingkungan. Kegiatan ini dilakukan setiap Sabtu dan melibatkan serangkaian aktivitas yang bermanfaat bagi perkembangan fisik, mental, dan sosial siswa. Setiap minggunya, siswa diajak melakukan senam untuk meningkatkan kebugaran jasmani, gotong royong membersihkan lingkungan sekolah, bermain permainan tradisional, makan makanan sehat, hingga melakukan praktik kebersihan seperti cuci tangan dan gosok gigi bersama. Sabtu Ceria memberikan ruang untuk menampilkan bakat, minat mereka para siswa. *

Team Penulis : Rini Basri. S.Pd Kapsek SMAN 1 Sabak Auh, Armelya Armyk. SH Guru PKN SMAN 5 Tapung, Yoserizal. S.Sos Guru SMAN 2 Dumai, Sari Lestari S,Pd Guru SMAN 2 Singingi Hilir, Reykha Intania Miranda, S.Pd Guru SMAN 5 Tualang dan Desy Lestari S.Pd Gr kepala SLB N 033 TEMBILAHAN.

DAFTAR PUSTAKA
Pangestutiani, Y. & Habibah, A.N (2022). _Pragmatisme John Dewey dan Korelasinya Terhadap Ajaran Islam_ . Jurnal Ilmia Spritualis: Jurnal Pemikiran Keislaman dan tasawuf. Vol. 8 (1): 108-123
Hasbullah. _Pemikiran Kritis John Dewey Tentang Pendidikan (Dalam Perspektif Kajian Filosofis)_ : Tarbiayah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam. Vol. 10 (1): 1-21

Editor. Sarwan Kelana 

By admin