PSBB Rasa Herd Imunity

0
703

Oleh : Riska Malinda, Anggota Komunitas Muslimah Menulis Kota Depok

OPINI (HPC)-Tatanan dunia menjadi porak-poranda akibat pandemi Covid-19, tak terkecuali Indonesia. Dilansir dari laman Intagram kawalcovid19.id, tercatat 4839 orang terkonfirmasi, 3954 orang dalam perawatan dan 459 orang meninggal. Jumlah orang yang meninggal bertambah 60 orang dan terdapat 282 kasus baru pertanggal 13-14 April 2020.

Berbagai solusi telah diusulkan guna mengurangi merebaknya wabah ini. Indonesia bahkan beberapa kali merumuskan kebijakan dari mulai social distancing, psysichal distancing, hingga karantina wilayah atau lockdown. Terakhir,
pemerintah memutuskan menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Pada kenyataannya, kebijakan yang diputuskan ini tidak dapat menekan laju percepatan wabah. Terbukti yang terjadi justru adanya _herd imunity_ yang terjadi dilapangan. Hal ini bisa dilihat dari masih banyaknya warga yang bepergian keluar rumah karena harus mencari nafkah, terutama para pekerja harian seperti ojek online, pedagang kaki lima ataupun karyawan perusahaan yang tidak bisa WFH. Jika benar _herd immunity_ ini yang terjadi,maka pada akhirnya memang imun yang kuat yang akan menang.

Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana mengungkapkan, dari hasil analisa, warga yang ODP dan PDP di wilayahnya lebih banyak yang bekerja di Jakarta.(Detik.com 14/4/2020). Mereka seperti mengimpor wabah, karena setelah tertular di Jakarta kemudian pulang dalam keadaan sakit.

Sayang sungguh sayang, ketika sistem imun tubuh manusia dipertaruhkan, maka orang-orang yang paling rentan imunnya dan berinteraksi dengan para pasien covid-19 yang akan lebih gampang terdampak. Beberapa diantaranya ialah para Dokter dan Nakes yang merawat pasien PDP, terutama yang memiliki fasilitas minim, lansia diatas 55 tahun, orang dewasa dengan komorbid(penyakit penyerta), serta penduduk yang tinggal di pemukiman padat.

Dalam teori _herd immunity_ ,semakin banyak masyarakat yang terjangkit maka hal ini akan mempercepat berakhirnya wabah covid-19. Grafik yang yang ada memperlihatkan fakta tentang meroketnya jumlah kasus secara cepat menuju angka 2.500.000 kasus riil disekitar pertengahan Mei 2020 (Bappenas, Maret 2020), kemudian menurun cepat disekitar Agustus dan menipis di bulan Oktober 2020.

Namun,akibat dari _herd imunity_, akan ada penurunan populasi sekitar 2-5% tergantung cepat atau lambatnya penanganan (pergerakan herd imunity). Bahkan bisa mencapai angka 12% jika keadaan diperparah dengan faktor _counfounding_ seperti kerusuhan, kelaparan, serta instabilitas dalam banyak hal.

Untuk beberapa orang mungkin hal ini menjadi wajar adanya. Terutama kaum kapitalis. Bagi mereka yang terpenting ekonomi dan kekuasaan tetap berjalan,sekalipun harus dengan mengorbankan nyawa bukanlah masalah bagi mereka. Sungguh sangat miris.

Beginilah ketika aturan Islam tidak dijalankan sebagai aturan kehidupan dalam mengatur urusan manusia. Tentunya sulit untuk memberi kesejahteraan kepada rakyatnya. Padahal sistem Islam menjamin kebutuhan dasar hajat hidup manusia,terutama dimasa wabah seperti ini. Pemerintah dalam aturan Islam memastikan terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat, yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan serta layanan kesehatan dan keamanan. Semua ini diberikan secara cuma-cuma dalam kondisi negara aman atau bahkan ketika dalam kondisi genting sekalipun. (**)