Implementasi Isra Mi’raj Dalam Kehidupan Bermasyarakat di Labuhanbatu

0
275

Labuhanbatu,Haluanpos.com- Pada akhir bulan Rajab, umat Islam akan merayakan hari Isra’ Mi’raj. Tepatnya pada tanggal 27 Rajab 1444 Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 18 Februari 2023. Sebuah momentum yang amat bersejarah dalam perjuangan dakwah Islam di Makkah. Secara harfiah, isra artinya: perjalanan tengah malam, sedangkan Miraj artinya: naik ke atas atau menanjak.

Isra Miraj merupakan rangkaian perjalanan di tengah malam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW secara jasmani-rohani dari Masjidil Haram ke Masjidil-Aqsha, lalu dilanjutkan menembus langit ketujuh hingga ke tempat yang paling tinggi, yaitu Sidratul Muntaha.

Dalam Isra Miraj ini, Nabi Muhammad SAW didampingi oleh Malaikat Jibril yang mengantarnya hanya sampai ke depan pintu Sidhratul Muntaha, kemudian Nabi Saw. bertemu dengan Allah Swt. dalam jarak yang sangat dekat, sekira dua busur atau lebih dekat lagi.

Perjalanan mahadahsyat ini menggunakan kendaraan yang bernama Buraq, yaitu sebuah kendaraan “superkilat” berbentuk hewan (dâbbah) berwarna putih, bertubuh panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal (Kitab al-Jami’ al-Shahîh juz I, hlm 99).

Isra Miraj merupakan tonggak sejarah Islam paling monumental (di samping peristiwa Hijrah Nabi ke Madinah) yang menunjukkan keagungan Nabi Muhammad SAW, kemuliaan para nabi dan rasul yang menyerukan risalah Ilahi, serta keutamaan umat Islam di antara umat lainnya.

Dalam perjalanan suci itu Allah menghadiahkan kepada Nabi Muhammad Saw dan umatnya dengan Perintah Shalat. Dalam rangka meraih kemenangan dakwah Islam, Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk menegakkan shalat 5 waktu sehari semalam. Karena itu, shalat adalah ibadah yang paling utama dalam Islam, rukun Islam kedua, kunci kesuksesan hidup dunia dan akhirat, serta penerang jiwa dan penyejuk hati hamba beriman.

Isra’ Mi’raj mengandung sejumlah hikmah yang sangat dalam yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Mengajarkan kita untuk selalu tawadhu atau rendah hati. Sebagaimana tersebut dalam surat Al-Isra’ ayat satu yang mengisahkan peristiwa Isra’ Mi’raj, kata yang digunakan untuk menyebut Nabi Muhammad saw adalah ‘abdun’ yang berarti hamba. Ini menunjukkan hamba yang benar-benar bertakwa kepada Allah mendapat derajat begitu luhur di sisi-Nya.
  2. Mengajarkan kita untuk bersikap tangguh. Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj, orang-orang yang Nabi cintai dan mendukung misi dakwahnya sepenuh hati silih berganti meninggal dunia. Di sisi lain penindasan kaum Quraisy semakin hebat. Ujian bertubi-tubi yang Allah berikan ini agar Nabi benar-benar tangguh dalam berdakwah.
  3. Kita diajarkan untuk berpendirian teguh dan senantiasa menyampaikan kebenaran meskipun pahit. Begitu pagi setelah malam Isra’ Mi’raj, Nabi mengabarkan apa yang baru dialaminya ke penduduk Makkah. Langsung saja, banyak orang yang tidak percaya dengan kabar yang tidak masuk akal ini. Hal ini menunjukkan bahwa kebenaran harus tetap disampaikan, meskipun banyak mendapat penolakan.
  4. Mengajarkan bahwa kita wajib menerima pendapat, ajaran dan masukan dari seseorang dengan tidak melihat dari tua-mudanya usia, tinggi rendah pangkat/jabatannya, atau tinggi rendahnya pendidikan formal. Dalam hal apa yang disampaikan adalah benar dan mengandung ketauladanan. Saat peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah SAW menjadi imam shalat bagi nabi-nabi terdahulu. Ini bukti bahwa mereka tunduk dan mengikuti risalah Nabi Muhammad SAW.
  5. Keistimewaan Masjidil Aqsha bagi umat Muslim. Dalam perjalanan Isra’, masjid yang berada di Palestina itu menjadi tempat tujuan Nabi, sebelum akhirnya bertolak ke Sidratul Muntaha. Ini merupakan indikasi betapa mulianya masjid tersebut. Bahkan masjid ini pernah menjadi kiblat shalat sebelum akhirnya berganti Ka’bah. Pahala shalat Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha) juga 500 kali lipat dibanding masjid biasa.
  6. Mengajarkan untuk mengkonsumsi makanan yang baik lagi halal. Ketika Nabi Muhammad SAW diberi pilihan antara air susu dan khamr saat Mi’raj, Nabi lebih memilih susu. Kemudian Malaikat Jibril as berkata, “Engkau telah diberi hadiah kesucian.” Ini sebagai isyarat bahwa Islam adalah agama suci (fitrah). 
  7. Mengajarkan seorang muslim untuk menjaga sholatnya. Malam Isra’ Mi’raj merupakan waktu disyariatkannya shalat lima waktu secara langsung, tanpa melalui perantara Malaikat Jibril sebagaimana syariat-syariat lainnya. Ini menunjukkan betapa sholat memiliki kedudukan sangat penting bagi umat Islam.
  8. Memantapkan dan menguatkan keyakinan Nabi Muhammad SAW. Sebelum Mi’raj, Rasulullah hanya mendengar info terkait surga, neraka, dan hal-hal gaib lainnya melalui wahyu. Ini namanya ‘ilmul yaqin, Nabi mengimaninya tapi belum melihat langsung. Ketika Mi’raj, Rasulullah saw melihat langsung dengan mata kepala beliau sendiri. Ini namanya ‘ainul yaqin. Ketika seseorang sudah sampai pada ‘ainul yaqin, maka kemantapan atas apa yang diyakininya semakin kuat.

Demikian sejumlah hikmah yang dapat kita petik dari peristiwa Isra’ Mi’raj. Semoga dapat memacu kita untuk senantiasa menjadi insan yang bertaqwa dan lebih baik untuk kemaslahatan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Labuhanbatu.(Sw)