BENGKALIS (HALUANPOS.COM)-Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Integrasi Universitas Riau 2022 menggelar Focus Group Discussion dengan tema ‘Pengembangan Ekowisata Pantai Berbasis Edukasi Lingkungan dalam Mengatasi Abrasi di Kecamatan Bantan’.

Pada Acara tersebut dilaksanakan di koperasi Pantai Wisata Raja Kecik, Desa Muntai Barat, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis. Kegiatan pada Sabtu (13/8/2022)

Allhamdulilah pada kegiatan kemarin diikuti oleh sejumlah dosen yang tergabung ke dalam tim pengabdian masyarakat Universitas Riau, tim Community Development Officer (CDO) PT. Pertamina, Kepala Desa Muntai Barat, Pambang Baru, Teluk Pambang, dan Pambang Pesisir, ketua pengelola Pantai Wisata Raja Kecik, serta bapak samsul bakau selaku Ketua KPM PELUKAP.

Adapun topik yang dibahas seputar inovasi-inovasi yang dapat dilakukan untuk pemulihan lingkungan dalam menciptakan ekowisata pantai serta penyelesaian masalah abrasi yang terjadi di Kecamatan Bantan.

MENARIK DIBACA:  Kembalikan Uang Rp 18 Juta yang Ditemukannya di Parkiran Mall Mancy Duri, Satpam Ini Dapat Penghargaan dari Kapolres Bengkalis

Diskusi dibuka oleh Yasir (dosen FISIP Universitas Riau) selaku moderator dan dilanjutkan dengan pemaparan oleh pengelola Pantai Wisata Raja Kecik. Solihin selaku ketua memaparkan Pantai Raja Kecik merupakan salah satu pulau kecil terluar sebagaimana yang telah diatur oleh Peraturan Presiden No. 6 tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Area pantai merupakan titik referensi, sehingga apabila terjadi pergeseran garis pantai akibat abrasi menyebabkan zona ekonomi eksklusif (ZEE) juga berubah.

Dengan demikian perlu dilakukan berbagai upaya yang dapat menahan terjadinya abrasi, upaya yang pernah dilakukan adalah penanaman bibit api-api (Avicennia) dan penyusunan batu pemecah ombak.

“Pada tahun 2021 telah dilakukan penanaman 20.000 batang bibit mangrove bersama Presiden Joko Widodo. Namun tingkat keberhasilan hanya mencapai 40%. Tingkat keberhasilan yang rendah disebabkan oleh situasi angin yang cukup kencang pada bulan September silam.

MENARIK DIBACA:  Ratusan Karyawan PT Meskom Agro Sarimas Gelar Aksi Demo di Kantor Bupati

Program tersebut merupakan salah satu program dari Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) padat karya mangrove,” ujar Solihin selaku ketua pengelola Pantai Wisata Raja kecik.

Kegiatan tanya jawab berlangsung antara stakeholders. Menjawab pernyataan yang telah disampaikan oleh Solihin, ketua Tim CDO PT. Pertamina, Rahmat Hidayat mengatakan bahwa Pertamina sendiri memiliki program Mangrove Education Center yang ditujukan untuk melestarikan lingkungan.

Salah satu inovasi yang saat ini dikembangkan adalah Trimba (Triangle mangrove barrier) yang terbuat dari kayu nibung sebagai pemecah ombak.
“Trimba pernah dilakukan sebelumnya di Pangkalan Jambi. Apabila inovasi ini juga dilakukan di Desa Muntai Barat, maka perlu dilakukan kajian terhadap sistem geografis wilayah setempat karena setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda-beda,” ujarnya.

MENARIK DIBACA:  Pasang Lapaz Allah di Klenteng, Acai Sampaikan Permohonan Maaf kepada Umat Islam Secara Terbuka, Berikut Isinya

Anggota Tim CDO, Dewi juga mengatakan bahwa edukasi lingkungan dapat diterapkan di daerah wisata seperti pelaksanaan acara-acara yang berbasis penanaman mangrove yang melibatkan pengunjung dalam menyelesaikan masalah lingkungan.

Selain Solihin dan Rahmat Hidayat, Nurjanah selaku dosen pembimbing lapangan kelompok KKN Integrasi Universitas Riau yang juga merupakan ketua Tim Pengabdian Masyarakat menyatakan untuk menyelesaikan permasalahan abrasi dan pelestarian mangrove, perlu dilakukan pendampingan terhadap desa serta kerja sama yang solid antara mitra dan masyarakat. (Rilis)

By admin