
KETIKA SOLUM BERBICARA
Kau yang berlidah jingga
Katamu dia menahan pilu yang membiru
Kasak kusuk
Lebak lebuk
Remuk dia disenja kelabu yang beriak itu
Ya, itu solum katamu
Menyendiri dia digundukan labu-labu
Kayu-kayu
Diantara batu-batu
Serta sibak air yang gelombang pagi itu
Juga dijeruji peti-peti mati yang bergoyang
Dia menggigit dalam remang
Nyalang
Apa karena kobaran lalang-lalang?
Atau sampah-sampah bau longkang?
Ah iya,
Berabad dikandungnya tongkang-tongkang gadang
Genderang
Bumerang
Tumbang
Dari pusar getir
Telah dia tunggangi juga belasan mambang
Dia perintahkan segala angin
Segera dingin
Meruntuhkan tebing curam
Musim panas
Lalu tiba-tiba
Bunyi kunyah hujan
Datang bertandang
Tanpa kata excuse me
Juga selamat datang
Dibasahinya ladang-ladang
Palang-palang
Mengamuk dia
Menendang
Ai mak jang
Musnahkan baying-bayang
Kandang-kandang
Lapang-lapang
Apa kau bimbang?
Gamang?
Aku lebih garang
Kunyahnya lantang
GEMERICING SENJA
Dia yang berkelopak mega
Katanya senja
Berdenting berirama
Bak pagi
yang selalu surut
serupa air dilautan
memandang dari balik
rentetan kersik daun palas
serasa asam geriga
terus dipasung
gerabah beradu pagu
kepalaku
embun beringsut dari mata
membenamkan tinggam
kedalam ufuk yang menjingga
Nyanyian rindu
rabu jerebu?
melebamkan kalbu?
kalam senja gulita
Membuat jantung remuk
cerlang suasa
memasung igauan cemara
mengobati luka
membiru lara
Adakah kopi hitam
ditelan serasa gula?
Adakah gemericing gumpita
Berbunyi bak bejana?
KONTAMINASI MASA
Permata menari diufuk
senja pada simpul gulita
Bak awan berarak
menembus palung-palung
antariksa raya
Daffodil kenanga berselimut
mahkota-mahkota raja rimba
Kemuning jingga
menyala beraroma
merah saga
Bidadara-bidadara bersayap
piyama selaksa samudra
Pana terkekeh menguntum
tahta-tahta bercahaya
Menganga biru
salju-salju tenggara
adidaya
masa telah menggerogoti
hingga daun-daun
mati tak bernyawa
Tanah-tanah menutup
muka dari penguasa
Bibir-bibir pantai
memekakkan telinga
Dan dia,
ya dia yang tak tampak telinganya
Mengambil paksa
kehidupan sosial hingga
lumpuh tak berdaya
Menjambak mengelopak
pada laga tak bergema
Dentum bijaksana
memecah singgasana antariksa
Jatuh terjerembab,
tengkurap diambang petala
Karena apakah hai permata?
Apa karena kau
tak lagi mencintainya?
Atau karena kau hanya
ingat dia yang terkekeh bangga?
Dia yang Memamerkan
gigi putihnya
mengajak kau lupa pada budaya?
Mungkinkah dia?
Dia yang berselimut cendawan
bersinar terang laksana mega
Atau dia
yang telah menggantikan sinar mentari senja?
Oleh: Novilismanita Ahmad ,Flp Riau Ranting Unri. Asal Selatpanjang Meranti .