NOVILISMANITA AHMAD
NOVILISMANITA AHMAD
NOVILISMANITA AHMAD

KETIKA SOLUM BERBICARA

Kau yang berlidah jingga

Katamu dia menahan pilu yang membiru

Kasak kusuk

Lebak lebuk

Remuk dia disenja kelabu yang beriak itu

Ya, itu solum katamu

Menyendiri dia digundukan labu-labu

Kayu-kayu

Diantara batu-batu

Serta sibak air yang gelombang pagi itu

Juga dijeruji peti-peti mati yang bergoyang

Dia menggigit dalam remang

Nyalang

Apa karena kobaran lalang-lalang?

Atau sampah-sampah bau longkang?

Ah iya,

Berabad dikandungnya tongkang-tongkang gadang

Genderang

Bumerang

Tumbang

Dari pusar getir

Telah dia tunggangi juga belasan mambang

Dia perintahkan segala angin

Segera dingin

Meruntuhkan tebing curam

Musim panas

Lalu tiba-tiba

Bunyi kunyah hujan

Datang bertandang

Tanpa kata excuse me

MENARIK DIBACA:  Zuriyadi Fahmi Pimpin HIPMAM Masa Bakti 2016-2018

Juga selamat datang

Dibasahinya ladang-ladang

Palang-palang

Mengamuk dia

Menendang

Ai mak jang

Musnahkan baying-bayang

Kandang-kandang

Lapang-lapang

Apa kau bimbang?

Gamang?

Aku lebih garang

Kunyahnya lantang

 

GEMERICING SENJA

Dia yang berkelopak mega

Katanya senja

Berdenting berirama

Bak pagi

yang selalu surut

serupa air dilautan

memandang dari balik

rentetan kersik daun palas

serasa asam geriga

terus dipasung

gerabah beradu pagu

kepalaku

embun beringsut dari mata

membenamkan tinggam

kedalam ufuk yang menjingga

Nyanyian rindu

rabu jerebu?

melebamkan kalbu?

kalam senja gulita

Membuat jantung remuk

cerlang suasa

memasung igauan cemara

mengobati luka

membiru lara

Adakah kopi hitam

ditelan serasa gula?

Adakah gemericing gumpita

MENARIK DIBACA:  Sarwan Kelana hadir sebagai Pemateri Jurnalistik di Acara Seminar Internasional

Berbunyi bak bejana?

 

KONTAMINASI MASA

Permata menari diufuk

senja pada simpul gulita

Bak awan berarak

menembus palung-palung

antariksa raya

Daffodil kenanga berselimut

mahkota-mahkota raja rimba

Kemuning jingga

menyala beraroma

merah saga

Bidadara-bidadara bersayap

piyama selaksa samudra

Pana terkekeh menguntum

tahta-tahta bercahaya

Menganga biru

salju-salju tenggara

adidaya

masa telah menggerogoti

hingga daun-daun

mati tak bernyawa

Tanah-tanah menutup

muka dari penguasa

Bibir-bibir pantai

memekakkan telinga

Dan dia,

ya dia yang tak tampak telinganya

Mengambil paksa

kehidupan sosial hingga

lumpuh tak berdaya

Menjambak mengelopak

pada laga tak bergema

Dentum bijaksana

memecah singgasana antariksa

Jatuh terjerembab,

tengkurap diambang petala

Karena apakah hai permata?

MENARIK DIBACA:  PUTRA RANGSANG BARAT SIAP IKUTI PEMILIHAN IPMK2M Shalikhin : Saya Siap Bersaing Dengan Yang Lain

Apa karena kau

tak lagi mencintainya?

Atau karena kau hanya

ingat dia yang terkekeh bangga?

Dia yang Memamerkan

gigi putihnya

mengajak kau lupa pada budaya?

Mungkinkah dia?

Dia yang berselimut cendawan

bersinar terang laksana mega

Atau dia

yang telah menggantikan sinar mentari senja?

 

Oleh: Novilismanita Ahmad ,Flp Riau Ranting Unri. Asal Selatpanjang Meranti .

 

 

By admin